REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Warga di pesisir Laut Jawa, tepatnya di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, kini bisa berbangga hati. Wilayah ini kini menjadi lokasi kunjungan wisatawan. Sebab, 20 hektar hutan mangrove di wilayah tersebut kini mulai menghijau.
Ketua Kelompok Petani Mangrove Pasir Putih, Sahari, mengatakan, sebelum ada hutan bakau ini, wilayah Pasir Putih terdampak abrasi yang cukup parah. Gelombang air laut, terus mengikis daratan. Kondisi ini, tentu saja merugikan masyarakat. Sebab, jika musim baratan seperti saat ini, banjir rob menggenangi areal tambak ikan dan udang.
"Tetapi, itu cerita dulu. Kini, wilayah Pasir Putih justru jadi objek wisata baru. Karena, ada hamparan hutan hijau dari pepohonan mangrove," ujar Sahari, kepada Republika.co.id, Kamis (5/12).
Penanaman mangrove ini, lanjut Sahari, diinisasi sejak setahun terakhir. Warga, yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan petani, yang dibantu oleh PT Pertamina PHE ONWJ dan Dinas Kelautan dan Perikanan Karawang, bahu membahu memulihkan pesisir yang rusak ini.
Salah satunya, dengan menggiatkan menanam pohon mangrove. Ada 20 hektare lahan yang ditanami pohon ini. Adapun bibit pohon yang telah ditanam mencapai 96 ribu. Kini, hasil jerih payah ini sudah terlihat. Dari 20 hektare lahan yang kritis akibat abrasi ini, mulai menghijau. Bahkan, hutan mangrove ini menjadi salah satu objek wisata baru di Pasir Putih, yang banyak dikunjungi warga.
Pesona ekowisata hutan mangrove yang berada di pesisir Laut Jawa, Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Kamis (5/12).
"Alhamdulillah, kini kami punya destinasi ekowisata. Yakni, hutan mangrove," ujar Sahari.
Menurut Sahari, meskipun hutan ini hijaunya belum maksimal, tetapi sudah banyak warga yang berkunjung. Mereka, biasanya berjalan-jalan menyisiri hutan mangrove tersebut. Bahkan, waktu terbaik berwisata ini, yakni sore hari menjelang matahari terbenam.
Pemandangan alam dari hutan bakau ini, lanjut Sahari, sangat instagramable. Karenanya, wisatawan yang datang ke area ini kebanyakan datang di sore hari.
"Semilir angin laut, suasana hijau dari hutan mangrove, dan matahari terbenam, jadi magnet tersendiri bagi warga untuk berkunjung ke lokasi ekowisata ini," kata Sahari.