REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengatakan Amerika Serikat (AS) belum memberikan bukti bahwa pihaknya melanggar perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Kendati demikian, Moskow menyatakan siap untuk terus membahas masalah ini dengan AS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengungkapkan pihaknya telah menerima dokumen yang menyebut AS akan mundur dari perjanjian INF. "Di dalamnya sekali lagi ada tuduhan tanpa dasar tentang dugaan pelanggaran terhadap perjanjian ini (INF). Kami telah berulang kali mengatakan bahwa ini adalah dugaan," katanya pada Rabu (5/12).
Selain tuduhan, dalam dokumen tersebut tak ada bukti yang dicantumkan atau dipaparkan bahwa Rusia melanggar INF. "Tidak ada bukti (dugaan pelanggaran) telah disampaikan kepada kami," ujar Zakharova.
Pada Selasa (4/12), AS mengirim ultimatum kepada Rusia untuk mengakui bahwa mereka melanggar perjanjian INF. Bila hal itu tak dilakukan, Washington akan memulai proses penarikan diri dari INF dalam jangka enam bulan.
Baca juga, NATO Minta Rusia Taati Kesepakatan Rudal Nuklir.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Perjanjian itu telah berkontribusi menghancurkan 2.700 rudal balistik dan jelajah pada 1991. Uni Eropa memandang INF sebagai pilar keamanan Benua Biru.
Namun sejak 2014, AS kerap menuding Rusia melanggar INF. Tudingan tersebut selalu dibantah oleh Moskow. Pada Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya menarik AS dari INF.
Pengumuman tersebut cukup memicu kekhawatiran Eropa. Sebab bila AS mundur dari INF, terdapat potensi terjadinya perlombaan senjata baru. Kendati demikian Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan masih siap melakukan dialog dengan AS untuk membahas hal tersebut.