REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap terjadi bencana alam, krisis kemanusiaan seperti peperangan, tragedi kekurangan pangan di pedalaman, relawa-lah yang akan tampil dan mengambil peran. Mereka singkirkan kepentingan pribadi demi mewakafkan dirinya di jalan kemanusiaan, bahkan untuk melakukannya mereka rela tidak dibayar.
Relawan adalah satu dari sekian profesi tak ternilai yang patut kita rayakan di hari ini.“Seorang relawan profesional hadir di setiap fase dimana dia dibutuhkan,” tutur Agung Heru Setiawan, Direktur Utama Laznas LMI, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (5/12).
Begitu pula para relawan yang tergabung dalam RNPB (Relawan Nusantara Penanggulangan Bencana) Laznas LMI, mereka mengawal sejak gempa pertama di Lombok. Mereka hadir menempati berbagai posisi sesuai dengan bidang keahlian, seperti tim rescue, medis, psiko sosial, dapur umum dan sebagainya.
Keberadaan para relawan ini yang membuat korban terdampak bencana tidak merasa sendirian menghadapi keadaan sulit. Setelah masa darurat ini berakhir, relawan pun masih setia berada di lokasi untuk mendampingi selama masa recovery.
Orang-orang yang tulus bekerja dan siaga di lokasi bencana ini tentunya adalah sosok pilihan. Mereka yang menguatkan pada korban terdampak untuk membangun lagi dan memulihkan berbagai sektor kehidupan.
Baik di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, dan dakwah. Maka, jika harus dinominalkan, tentunya tidak ada nominal gaji yang setara untuk pengorbanan waktu, tenaga, pikiran para relawan.
Relawan RNPB Laznas LMI hingga hari ini pun masih bertugas mendampingi warga di Sembalun, Lombok Timur. Memang bukan lagi gempa bumi yang mereka hadapi, tetapi longsor yang kerap terjadi disebabkan curah hujan tinggi.
“Selamat hari relawan untuk seluruh relawan di dunia. Semoga rahmat Allah senantiasa mengiringi langkah para relawan di dunia hingga di surga,” pungkas Agung yang sempat mendampingi pembangunan hunian sementara bagi warga terdampak gempa di Lombok ini.