Kamis 06 Dec 2018 02:33 WIB

Pidato di Pemakaman Kenegaraan, Suara George W Bush Bergetar

George W Bush berpidato di upacara Pemakaman Kenegaraan untuk Sang Ayah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Reiny Dwinanda
 Mantan Presiden George W. Bush terdiam sesaat ketika berbicara di depan peti mati ayahnya, mantan Presiden George H.W. Bush, dalam prosesi Penguburan Kenegaraan di National Cathedral, di Washington, Rabu (5/12).
Foto: AP Photo / Alex Brandon, Pool
Mantan Presiden George W. Bush terdiam sesaat ketika berbicara di depan peti mati ayahnya, mantan Presiden George H.W. Bush, dalam prosesi Penguburan Kenegaraan di National Cathedral, di Washington, Rabu (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) ke-43, George W Bush menyampaikan pidato terakhir dalam upacara Pemakaman Kenegaraan Presiden AS ke-41, George HW Bush di National Cathedral, Washingston, Rabu (5/12) waktu setempat. Pada saat membacakan pidato, Bush tak mampu menahan tangis.

Seperti dilansir dari Voice of America, upacara pemakaman tersebut turut dihadiri oleh sejumlah mantan presiden AS. Jimmy Carter, Bill Clinton, Barack Obama, dan Donald Trump tampak duduk sederet.

photo
Dari kiri, Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump, mantan Presiden AS Barack Obama dan mantan Ibu Negara Michelle Obama, mantan Presiden AS Bill Clinton dan mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, dan mantan Presiden AS Jimmy Carter dan mantan Ibu Negara Rosalynn Carter menghadiri Pemakaman Kenegaraan untuk mantan Presiden AS George HW Bush, di National Cathedral, Washington, Rabu (5/12).

Di hadapan mereka bereempat, Bush menyampaikan bahwa ayahnya sebagai mantan presiden AS telah mengajari betapa mulianya bekerja sebagai pelayan publik. “Dia mengajari kami bahwa pelayanan publik itu mulia dan perlu,” kata Bush dalam pidatonya.

Bush melanjutkan, ayahnya sebagai mantan pemimpin AS memiliki kapasitas yang luar biasa sebagai pemimpin. George HW Bush juga selalu memiliki semangat untuk menyemangati diri sendiri agar negeri yang dipimpin bisa terus dalam keadaan baik.

Dilansir dari The Guardian, di mata Bush, sang ayah seolah terlahir dalam dua setting, yakni hidup penuh semangat lalu tidur.

Menurut Bush, ayahnya merupakan orang yang sangat berempati. Karakter lebih berharga ketimbang sisilah.

Bush menjadi sangat emosional ketika menyebut ayahnya sebagai pria yang hebat dan mulia. Suaranya bergetar. Sesaat, ia berhenti membacakan pidato pelepasan.

Tangisan tersebut sontak disambut tepuk tangan para hadirin sebagai tanda penghargaan kepada George HW Bush.

Sementara itu, Presiden Donald Trump tidak memberi sepatah kata pun dalam prosesi upacara. Namun, sebelumnya Trump melalui akun Twitter miliknya menyampaikan penghargaan.

“Saya berharap bersama keluarga Bush. Ini bukan pemakaman, ini adalah hari perayaan untuk seorang pria hebat yang telah menjalani kehidupan yang panjang dan terhormat. Akan dirindukan!" kata Trump.

Sementara itu, Mantan Perdana Menteri Kanada, Brian Mulroney, mantan Senator AS Alan Simpson, hingga sejarawan penulis biografi George HW Bush, Jon Meacham turut memuji mendiang Presiden AS ke-41 itu. Menurut mereka, sejak wafatnya George HW Bush, mendiang dikenang sebagai pahlawan dalam Perang Dunia II.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement