Kamis 06 Dec 2018 17:04 WIB

8 Isu Dibicarakan, Tapi Kecil Pengaruhi Elektabilitas Capres

Tingkat pengenalan atau popularitas terhadap isu tersebut di bawah 50 persen.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Peneliti LSI Rully Akbar saat konferensi pers Pemilih Muslim VS Pemilih Muslim: Jokowi atau Prabowo? di Jakarta, Jumat (24/8).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Peneliti LSI Rully Akbar saat konferensi pers Pemilih Muslim VS Pemilih Muslim: Jokowi atau Prabowo? di Jakarta, Jumat (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, mayoritas isu dan program yang menjadi perbincangan utama di media konvensional serta media sosial ternyata tidak terlalu memengaruhi elektabilitas pasangan calon presiden (capres). Survei LSI Denny JA ini mencatat delapan dari 14 isu yang efek elektoralnya tidak terlalu signifikan karena tingkat pengenalan atau popularitas terhadap isu tersebut di bawah 50 persen.

Isu-isu tersebut, yakni tampang Boyolali, kunjungan Prabowo Subianto ke gempa Lombok, rapat tahunan IMF di Bali, pernyataan Prabowo tidak akan melakukan impor jika terpilih, isu the new Prabowo, dana bantuan IMF kepada korban gempa Palu dan Lombok, politik Sontoloyo, dan bergabungnya Yusril Ihza Mahendra ke kubu Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin.

"Isu-isu tersebut lebih banyak menjadi sensasi dalam diskursus publik selama masa kampanye dan tak banyak berpengaruh pada naik turunnya suara capres," ujar peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, dalam pemaparannya di Jakarta Timur, Kamis (6/12).

Rully mengatakan survei ini juga menunjukkan, isu yang berpengaruh pada efek elektoral para capres merupakan isu-isu yang bersentuhan langsung dengan pemilih. Setidaknya ada enam isu yang populer dan punya efek elektoral selama dua bulan masa kampanye ke belakang. 

“Penyelenggaran Asian Games, kunjungan Jokowi ke gempa Palu, kunjungan Jokowi ke gempa Lombok, hoaks Ratna Sarumpaet, dolar Rp 15 ribu, dan pembakaran bendera tauhid," ujar Rully.

Rully menerangkan, untuk pasangan Jokowi-Maruf, isu dengan efek elektoral tertinggi, yakni program kunjungan Jokowi ke korban gempa dan tsunami Palu. Isu itu diketahui oleh 75,5 persen pemilih. Untuk isu tersebut pula, Jokowi mengalami surplus positif sebesar 33,3 persen.

Sementara itu, isu yang berpengaruh untuk Prabowo-Sandiaga, yakni kunjungan Prabowo ke korban gempa lombok. “Isu ini tidak masuk ke isu populer karena tingkat pengenalannya tidak sampai 50 persen, yakni hanya 27,4 persen,” kata dia.

Kendati tidak populer, kunjungan tersebut memiliki efek elektoral terhadap pasangan calon nomor urut 02 itu dengan angka sebesar 4,2 persen. Kunjungan ini berada pada peringkat satu isu yang paling berpengaruh terhadap dukungan Prabowo-Sandi selama masa kampanye.

Rully menerangkan menerangkan, isu yang dikategorikan punya efek elektoral minimal memiliki dua syarat. Pertama, isu tersebut didengar lebih dari 50 persen pemilih yang menjadi responden dalam survei ini. Kedua, isu tersebut memiliki tingkat kesukaan atau tingkat ketidaksukaan di atas 60 persen dari responden yang mengaku pernah mendengar isu tersebut. 

Untuk menentukan isu atau program yang paling kuat memberikan efek elektoral itu, Rully menerangkan, maka isu tersebut harus diukur dengan tingkat popularitasnya. Angka tersebut dihitung dengan mengalikan surplus masing-masing capres pada setiap isu yang diuji dengan popularitas isu tersebut.

"Dua bulan setelah masa kampanye dimulai, elektabilitas kedua capres pun tak banyak bergerak jika dibandingkan dengan posisi elektabilitas kedua capres sebelum kampanye," kata Rully.

Dalam survei LSI Denny JA pada Agustus 2018, elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 52,2 persen. Sementara elektabilitas Prabowo-Sandi sebesar 29,5 persen. Pemilih yang masih belum menentukan pilihan sebesar 18,3 persen. Saat ini, November 2018, elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 53,2 persen elektabilitas Prabowo-Sandi sebesar 31,2 persen dan mereka yang masih belum menentukan pilihan sebesar 15,6 persen.

"Pada bulan September dan Oktober 2018, LSI Denny JA juga merekam naik-turunnya suara kedua kandidat,” kata dia. 

Dia menambahkan naik-turunnya suara kedua kandidat selama dua bulan masa kampanye tidak terlalu signifikan. Jarak kedua kandidat masih tetap diatas 20 persen dengan keunggulan Jokowi-Maruf dibandingkan Prabowo-Sandi.

Dalam survei November 2018 ini, LSI Denny JA menanyakan sejumlah isu yang muncul selama periode kampanye pemilihan presiden. Survei dilakukan pada tanggal 10-19 November 2018. Survei melibatkan 1.200 responden di 34 propinsi, dengan metode wawancara langsung.

Margin of error survei ini kurang lebih 2,9 persen. Selain survei, LSI Denny JA juga melengkapi survei ini dengan riset kualitatif dengan metode FGD, indepth interview, dan analisis media.

Dalam rilis survei mengenai isu dan program capres ini, LSI Denny JA juga melengkapi data dengan hasil dari media dan pengawasan media sosial yang dilakukan di Strategic Room LSI. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement