REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kampanye yang mengajak kembalinya Orde Baru (orba) kembali muncul jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Melihat fenomena kampanye orba tersebut, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto menilai ada dua hal yang perlu dikritisi soal Orba yang hari ini kembali diperdebatkan. ”Pertama orba sebagai aspek biologis dan kedua Orba sebagai karakter ideologis,” kata dia.
Dia menjelaskan, Orba secara biologis bisa direpresentasikan pada kekuatan politik Prabowo, karena di antara partai pendukungnya juga terdapat Partai Berkarya yang diketuai Tommy Soeharto dan Titiek Soeharto.
Sedangkan orba secara ideologis, lanjut Sunanto, selain di kubu Prabowo, bisa juga diarahkan ke kubu Jokowi, karena ada Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan Wiranto yang pernah menjadi bagian dari Orba.
Dengan demikian, menurut pria yang akrab disapa Cak Nanto ini, yang perlu diwaspadai dari kampanye orba sebenarnya adalah karakter gaya kepemimpinannya.
"Karena sifat sifat gaya orba masih berlaku dan bisa dirasakan saat ini, seperti kartel, KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) dan otoritarianisme. Walaupun orba saat ini tidak memerintah," kata Cak Nanto kepada wartawan saat diskusi 'Orba dalam Pilpres 2019' di Populi Center, Kamis (6/12).
Cak Nanto menyebut setelah Reformasi gaya politik dan ekonomi Orba yang mengedepankan kartel keluarga, saat ini masih terjadi di banyak partai dan konglomerasi politik. "KKN pun masih terjadi di berbagai aspek pemerintahan," kata Cak Nanto.
Sedangkan soal gaya kepemimpinan yang otoritarian, Sunanto mengakui saat ini memang tidak terjadi. Namun indikasi ke arah sana bila dibiarkan sangat mungkin terjadi.
"Apabila suasana gerakan sipil saat ini yang mengkritik selalu distigmakan negatif, bisa juga mengarah ke ideologi Orba," katanya.
Karena itu menurut Cak Nanto yang juga Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) ini, yang perlu ditekankan saat ini adalah pendidikan politik.
Khusus bagi generasi muda, menurut dia, kaum milenial saat ini memiliki jarak yang jauh bila diarahkan mengantisipasi Orba. "Sebab mereka tidak merasakan suasana psikologisnya," terang Cak Nanto.Dengan pendidikan politik yang cerdas bagi generasi muda.
Dia yakin pemilih milenial yang jumlahnya jauh lebih besar tersebut bisa membawa kualitas demokrasi Indonesia jauh lebih baik, dan menghindari gaya politik Orba yang penuh dengan kartel, KKN dan otoritarianisme.