Kamis 06 Dec 2018 23:04 WIB

Ribuan Makam di TPU Ini Jadi Langganan Banjir

Setiap musim hujan tiba, ribuan makam yang berada di TPU Semper terendam banjir.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bayu Hermawan
Anak-anak memancing ikan pada genangan air di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (5/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak memancing ikan pada genangan air di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan makam di beberapa blok Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing, Jakarta Utara, terendam banjir setelah hujan besar mengguyur kawasan tersebut. Banjir terjadi di beberapa titik pemakaman unit Islam antara lain Blok A II Blad 41-49 dan Blok AA II Blad 50-58.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id pada Kamis (6/12) siang, beberapa titik masih tergenang banjir dengan ketinggian yang bervariasi. Ada makam yang hanya tergenang saja tetapi ada juga makam yang sampai terendam dan hanya menyisakan batu nisannya saja. Seperti terjadi di makam-makam yang berada di Blok AA II Blad 50-58.

Dua orang petugas makam yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, banjir memang selalu terjadi di pemakaman blok tersebut. Menurut mereka, makam-makam itu telah ada sejak sekitar tahun 1991-1993 yang berada di lahan lebih rendah.

Sementara, makam pada tahun 2000-an sudah berada di lahan yang lebih tinggi. Mereka menyebut, ketika hujan besar turun, banjir akan melanda sejumlah makam tersebut. Kemudian petugas Suku Dinas Kehutanan Jakarta Utara TPU Semper akan melakukan penanganan dengan menggunakan mesin pompa.

"Kalau hujannya gede pasti di sini kerendem karena lokasinya rendah kalau yang tinggi enggak banjir," katanya ditemui Republika di TPU Semper, Jakarta Utara, Kamis.

Saat itu, ada enam pompa yang sedang dioperasikan untuk membuang air dari area pemakaman yang banjir ke saluran air di sekitar TPU. Kepala Seksi Pemakaman Suku Dinas Kehutanan Jakarta Utara, Syafdarifal mengatakan, total keseluruhan makam di TPU Semper ada sebanyak 90 ribu. Menurutnya, seperempat dari jumlah tersebut terdampak banjir.

"Yang terdampak banjir mencapai ribuan," kata Syafdarifal.

Syafdarifal mengatakan, salah satu penyebab terjadinya banjir di lahan pemakaman karena kondisi tanah yang posisi berada di bawah permukaan air laut. Sehingga lanjut dia, kondisi tersebut membuat ada beberapa lahan di TPU yang lebih rendah daripada saluran air.

"Jadi memang kondisi tanah kita itu di bawah kondisi saluran air kalo enggak salah ya," ujar Syafdarifal.

Syafdarifal menyebut, belum lama ini pihaknya menemukan adanya saluran air yang masuk ke wilayah TPU. Akan tetapi, hal itu baru temuan dan pihaknya sedang menelusuri itu. Menurut dia, saluran air itu menambah volume air yang masuk ke kawasan TPU sehingga meski hujan turun intensitas ringan genangan air tidak langsung terserap.

"Baru-baru ini juga kita temuin nih ada saluran yang masuk ke lokasi kita baru kemarin kita cari tahu tapi belum jadi kesimpulan juga sih baru kita cek aja mau kita telusuri dari mana air," kata Syafdarifal.

Ia menambahkan, upaya penanganan banjir di TPU dengan luas 57 hektar itu dengan menyedot banjir itu menggunakan pompa. Syafdarifal mengatakan, pada tahun lalu pengerahan pompa alkon untuk menyedot genangan banjir telah digencarkan. Akan tetapi, menurut dia, hasilnya tidak signifikan.

"Enggak signifikan. Jadi, debit air yang masuk dengan yang keluar enggak sebanding gitu," tutur Syafdarifal.

Syafdarifal menjelaskan, pemompaan genangan menggunakan pompa tidak bisa efektif ketika hujan. Ia mengatakan, genangan air muncul sangat cepat ketika hujan mengguyur kawasan TPU. Sehingga, mesin pompa belum selesai menyedot air yang membanjiri makam, air hujan sudah kembali menggenang.

"Kita menyedot selama dua hari untuk mengeluarkan mereka, tiba-tiba hujan cuma sehari saja, dalam setengah hari dari pagi sampai siang, airnya sudah masuk lagi, jadi itu kendalanya," jelas Syafdarifal.

Ia juga mengatakan, pihaknya tengah meninggikan lahan di beberapa titik TPU Semper yang lebih rendah dari lahan yang lainnya. Ia menyebut, pengerjaan itu rencananya akan menjadikan lahan dengan ketinggian tanah lebih tinggi sekitar 80 sentimeter.

Namun, proses pengerjaan meninggikan tanah di lahan makam tersebut masih terkendala hujan. Nantinya, lahan-lahan yang sudah ditinggikan itu disediakan untuk makam-makam baru. Sementara Syafdarifal nengatakan, makam lama yang berada di lahan lebih rendah sebenarnya tidak akan dipindahkan. Hal itu tergantung persetujuan ahli waris untuk tetap di tempatnya semula atau tidak.

"Nanti akan ditimbun tanah lalu batu nisannya dinaikkan, jenazahnya enggak dipindah. Biasanya metodenya kita patok-patokin lagi sesuai titik semula, nanti kita tinggiin tanah, nisannya kita naikan," jelasnya.

Sementara, pantauan Republika di lokasi saat itu, ada warga bernama Iwan yang sedang memancing di area makam yang kebanjiran. Bahkan ada pula warga Gang Lengkong yang memanfaatkan air banjir itu untuk mencuci sepeda motornya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement