REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Masjid Al Hijri II dirancang oleh pengelola Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) untuk menjadi masjid terbesar di Kota Bogor. Tujuannya untuk memberikan kenyamanan pada jamaah yang hendak beribadah dan beristirahat. Masjid ini nantinya akan dilengkapi juga dengan fasilitas kantin dan tempat diskusi.
Gumelar Adiwijaya, salah satu pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Al Hijri II, mengatakan masjid Al Hijri dirancang untuk menjadi masjid terbesar di Kota Bogor agar bisa menampung jamaah dalam jumlah besar. Sebelumnya, pihak yayasan sudah meninjau masjid yang tidak bisa menampung jamaah ketika sedang melakukan ibadah Shalat Jumat. “Pasti sampai ke jalan shalatnya," kata Gumelar saat ditemui belum lama ini.
Menurut Gumelar, setelah ditinjau oleh pihak yayasan dan seiring berkembangnya Universitas Ibn Khaldun (UIKA) yang setiap tahun bertambah jumlah mahasiswanya, maka perlu adanya sarana ibadah yang mampu menampung jamaah dalam jumlah besar. Gumelar mengatakan pihak yayasan sudah melakukan musyawarah dengan petinggi UIKA, salah satunya Didin Hafidhuddin.
Dari musyawarah itu terpilihlah MS Ka'ban sebagai ketua panitia pembangunan masjid. Dengan terpilihnya MS Ka'ban secara resmi sebagai ketua, mulailah ide dari dia untuk perancangan pembangunan masjid Al Hijri II sebagai masjid terbesar di Kota Bogor.
Menurut Gumelar, sumber keuangan tidak ada donatur tetap. Tapi pembangunan ini dari swadaya masyarakat kampus dan masyarakat kota Bogor serta ada beberapa instansi pemerintah yang juga sudah membantu. “Alhamdulillah kalau terkendala mungkin tidak ya, karena ada saja orang yang mewakafkan hartanya untuk membangun masjid, hanya saja prosesnya lama tapi pasti," ungkap Gumelar yang juga alumni UIKA.
Gumelar mengatakan, DKM sangat terbuka bagi lembaga atau personal yang ingin membantu percepatan pembangunan mesjid Al Hijri II ini. “Kalau hemat saya sendiri pembangunan bisa kita nilai sudah mencapai 65 persen," ungkapnya.
Gumelar menjelaskan, sesuai dengan proposl, pembangunan masjid ini dirancang empat lantai. Satu lantai itu berukuran 1.600 m2 jadi total keseluruhan kurang lebih 6.800 m2 ditambah dengan kubah dan menara setinggi 50 meter. “Dengan seizin Allah kita berniat ingin mengembalikan fungsi masjid yang mana sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad ketika Beliau hijrah ke Madinah, Beliau melakukan pemberdayaan umat di masjid, di dalamnya ada pemberdayaan ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan dalam pergerakan atau perjuangan pun Nabi Muhammad lakukan di masjid," ujarnya.
Saat ditanya mengenai niat Al Hijri menjadi pusat pergerakan umat di Bogor, Gumelar mengatakan hal itu akan diupayakan. "Insha Allah kita berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan terutama bagi para aktivis mahasiswa dan umat di Bogor,” ujarnya.
Gumelar mengatakan, program yang diadakan di masjid Al Hijri II ini banyak. Program tersebut akan semakin dikembangkan saat bangunan masjid sudah selesai. "Saat ini belum selesai saja, kita sudah berupaya memberikan pelayanan kepada umat. Seperti ada kultum, kajian keislaman, tabligh akbar dengan ustaz yang sudah terkenal dan program tahfiz para santri mahasiswa ulil albab," katanya.
Gumelar berharap dengan hadirnya masjid ini bisa memberikan kontribusi bagi umat. Sehingga masjid ini menjadi pusat pergerakan umat di Kota Bogor. "Kami mengajak semua pihak untuk turut membantu pembangunan masjid Al Hijri II agar kita bisa lebih cepat merasakan manfaatnya," ujar Gumelar.
Rusdi, seorang pedagang bakso yang berjualan di sekitar masjid Al Hijri II mengaku rutin mengikuti kultum di siang hari. "Setiap hari Sabtu masjid ini ramai oleh orang luar karena suka ada kajian di hari Sabtunya,” kata Rusdi.