Jumat 07 Dec 2018 16:00 WIB

BI: Dana Asing akan Masuk ke Indonesia Lagi

Pelemahan kurs mata uang Indonesia dan India lebih besar dari mata uang negara lain

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Arus modal asing (ilustrasi)
Arus modal asing (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyampaikan perekonomian Amerika Serikat telah mengalami perlambatan. Hal ini jadi sinyal positif arus modal akan kembali masuk ke Indonesia.

Deputi Gubenur Senior BI, Mirza Adityaswara menyampaikan saham itu bergerak berdasarkan ekspetasi pertumbuhan ekonomi dan terhadap pertumbuhan laba. Laporan dari Amerika menujukan adanya perlambatan pertunbuhan ekonomi AS.

"Jadi perlambatan AS artinya akan terjadi perlambatan laba di perusahaan Amerika, Nah jadi pasar saham bereaksi, dan beberapa hari terakhir kami lihat ada penjualan saham di global," kata dia di Jakarta, Jumat (7/12).

Hal tersebut kemudian menular kepada penjualan saham di negara emerging market juga termasuk Indonesia. Sehingga memang ada outflow di pasar saham. Mirza mengatakan BI melihat ada tanda-tanda perlambatan ekonomi Amerika juga dari harga saham yang turun.

Ini mempengaruhi harga saham negara lain. Tercermin dari kurva yield surat utang Amerika yang turun. Hal ini menunjukan akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika. Meski memang belum terjadi, tapi Mirza yakin akan terjadi.

"Pasar bereaksi lebih awal jadi itu yang kita lihat mengapa terjadi pelemahan kurs, termasuk Indonesia setelah mengalami penguatan minggu lalu kemudian ada pelemahan kembali itu fenomena global," katanya.

Ia mengakui pelemahan kurs mata uang Indonesia dan India memang lebih besar dalam dua hari terakhir dibanding negara lain. Hal ini karena neraca ekspor impor yang defisit. Mirza mengatakan memang volatilitas lebih terasa besar pada negara yang defisit ekspor impor.

Maka dari itu, Mirza mengajak agar jangan terlena gitu dengan adanya penguatan kurs. Karena memang Indonesia harus menyelesaikan persoalan CAD dan terus mendorong peningkatan ekspor, pariwisata dan terus bisa mengendalikan impor yang tidak perlu.

"Kalau barang impor yang perlu, tentu kita perlu impor karena kalau tidak nanti harganya naik kalau produksinya kurang," kata dia.

Secara umum, Mirza melihat adanya penjualan saham negara maju akan berdampak sementara ke emerging market. Pada 2019, seharusnya jika ekonomi AS melambat maka aliran modal akan kemudian kembali masuk ke negara emerging market.

Pada saat pertumbuhan ekonomi Amerika melaju cepat, pada saat ini suku bunga Amerika juga naik pesat. Pada saat itu arus modal global balik ke AS. Tapi pada saat ekonomi AS tahun 2019 mulai melandai, surat utang AS mulai turun sekarang dibawah 3 persen yang tadinya 3,2 persen.

"Maka nanti di 2019 harapannya modal dari luar negeri akan kembali ke emerging market dan ke Indonesia," kata dia. BI optimis kurs di 2019 akan lebih stabil. Pasar keuangan di Indonesia juga akan lebih baik tahun depan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement