Sabtu 08 Dec 2018 06:39 WIB

TNI ke OPM: Jangan Cengeng, Jangan Sebar Hoaks

Pihak TPN/OPM menyatakan siap bernegosiasi dengan pemerintah.

Keluarga korban mengikuti serah terima jenazah korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di hanggar Avco Bandara Moses Kilangin Timika, Mimika, Papua, Jumat (7/12)
Foto: Jeremias Rahadat/Antara
Keluarga korban mengikuti serah terima jenazah korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di hanggar Avco Bandara Moses Kilangin Timika, Mimika, Papua, Jumat (7/12)

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Ronggo Astungkoro

Pasukan gabungan TNI-Polri masih terus melakukan pengejaran dan pendorongan terhadap kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) yang membunuh belasan pekerja di Kabupaten Nduga. Saat ini, pengejaran terus dilakukan dari darat.

Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, menyatakan, sejauh ini TNI-Polri belum menggunakan bom dan tembakan dari pesawat ataupun helikopter dalam mengejar kelompok separatis.

"Dalam operasi ini tidak ada penembakan dari pesawat. Hanya pendorongan manusianya, prajurit melaksanakan evakuasi. Tidak ada (menggunakan bom)," ujar Aidi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (7/12).

Menurut Aidi, penggunaan pesawat tempur belum diperlukan untuk saat ini. TNI, kata dia, masih menggunakan senjata ringan yang dibawa prajurit infanteri dalam mendorong mundur kelompok separatis di Distrik Yigi dan Distrik Mbua, Kabupaten Nduga. Ia mengatakan, kelompok separatis yang sebelumnya menantang TNI-Polri membuktikan ancaman mereka.

"Jangan cengeng kalau siap berhadapan dengan TNI. TNI punya Sukhoi, pesawat tempur, segala macam, tapi kita tidak gunakan itu," tuturnya.

Ia mengatakan, kabar yang menyebutkan TNI menggunakan bom dan senapan mesin dari pesawat ataupun helikopter adalah hoaks. Menurut Aidi, kabar tersebut digembar-gemborkan oleh KKSB untuk menarik simpati dari dunia internasional. Ia menyebut KKSB cengeng dengan mengeluarkan kabar tersebut.

"Itu hoaks yang sengaja digembar-gembrokan. Mereka minta belas kasihan ke pihak mana pun di dunia, supaya kita (TNI) dinyatakan melakukan planggaran HAM," jelasnya.

Aidi juga menerangkan, 16 jenazah korban pembunuhan oleh KKSB di Kabupaten Nduga, Papua, beberapa waktu lalu telah diberangkatkan ke rumah duka. "Ada 16 jenazah diberangkatkan ke Makassar. Semuanya ke Makassar. Kemudian, di Makassar nanti diturunkan 14 jenazah karena ada yang ke Gowa, ada yang ke Toraja, dan lainnya," ujarnya menjelaskan.

Pembunuhan di Nduga terjadi pada Ahad (2/12) di Distrik Yigi. Peristiwa itu bermula dari penculikan 25 pekerja PT Istaka Karya yang sedang rehat dari membangun jembatan di Kali Aworak dan Kali Yigi. Jembatan itu merupakan rangkaian jalur Trans-Papua Segmen Lima yang rencananya merentang dari Wamena hingga Nduga.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement