Ahad 09 Dec 2018 11:35 WIB

Indonesia Agresif Perluas Pasar Ekspor ke Timur Tengah

Makanan olahan dan tektil jadi komoditas andalan ekspor ke Timur Tengah.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Nur Aini
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah terus memperkuat kegiatan perdagangan di pasar Timur Tengah. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhi mengatakan, Timur Tengah merupakan satu dari dua pasar non-tradisional yang tengah dituju Indonesia secara agresif. Satu pasar lagi adalah Afrika.

Kasan menjelaskan, makanan olahan dan tekstil menjadi komoditas yang memiliki potensi besar untuk masuk ke pasar Timur Tengah. Sebab, Timur Tengah memiliki banyak penduduk, sehingga tingkat permintaan dua komoditas yang merupakan kebutuhan utama itu juga akan terus tinggi. "Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor," tuturnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (9/12).

Peluang lain yang dapat dimanfaatkan adalah peluang investasi untuk infrastruktur pelabuhan. Pada November lalu, Kemendag mempertemukan pengusaha Indonesia dengan Arab Saudi untuk mempertemukan peluang berinvestasi di Kawasan Industri Tanjung Buton, Riau. Peluang ini besar mengingat pelabuhan di Arab Saudi, King Abdullah Port, ingin mengembangkan kemitraan dengan pelabuhan di negara Islam.

Terakhir, pada Rabu (28/11) hingga Sabtu (1/2), Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag melakukan misi dagang ke Arab Saudi. Kegiatan promosi ini bersinergi dengan berbagai kementerian, lembaga, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah, dan Konsulat Jenderal RI Jeddah. Misi dagang berhasil mencatatkan potensi transaksi sebesar 14,02 juta dolar AS atau setara Rp 200 miliar.

Pada kegiatan misi dagang kali ini, turut terlibat perusahaan swasta dengan lini bisnis antara lain minyak sawit dan turunannya, makanan dan minuman, tuna, karoseri bus, alat tulis, domba hidup, kemasan film, fesyen muslim, furnitur, bumbu dan rempah, kopi, kayu gaharu, serta aromaterapi.

Direktur Jenderal PEN Arlinda mengatakan, misi dagang ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan promosi secara sinergis dengan membawa citra positif Indonesia. "Untuk itu, Kemendag berupaya meningkatkan akses pasar bersama kementerian, lembaga, dan para pemangku kepentingan lainnya, terutama Konsul Jenderal RI Jeddah," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Arlinda menjelaskan, misi dagang ini menjadi peluang bagi pengusaha Indonesia membangun jejaring bisnis di luar negeri. Salah satunya melalui kegiatan forum bisnis yang diselenggarakan atas kerja sama Kemendag dengan KJRI Jeddah dan ITPC Jeddah. Kegiatan forum bisnis ini dihadiri lebih dari 250 pelaku usaha Indonesia dan Arab Saudi.

Total perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi pada periode Januari hingga September 2018 tercatat 4,42 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 921,69 juta dolar AS dan nilai impor sebesar 3,5 miliar dolar AS. Produk ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi adalah kendaraan bermotor, minyak sawit dan turunannya, produk kertas, cakalang, dan arang kayu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement