REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pasukan keamanan Iran menahan 10 orang yang diduga memiliki kaitan dengan serangan bom mobil pekan ini. Serangan bom bunuh diri ini menewaskan sedikitnya dua personel polisi, kata Kepala Kepolisian Hossein Ashtari pada Ahad (9/12).
"Petunjuk bagus sudah diperoleh dan berkat kerja sama dengan masyarakat, kami akan sampai kepada petunjuk utama," kata Ashtari yang dikutip kantor berita IRNA. Beberapa tersangka lagi sudah diidentifikasi dan sedang diburu.
Sedikitnya 48 orang juga luka-luka dalam serangan bunuh diri dengan menggunakan bom mobil oleh kelompok militan Sunni pada Kamis atas markas kepolisian di kota pelabuhan Chabahar di bagian tenggara Iran, menurut media.
Sementara pengeboman bunuh diri jarang terjadi di Iran, kelompok-kelompok militan Sunni melancarkan beberapa serangan atas pasukan keamanan selama beberapa tahun belakangan di Provinsi Sistan-Baluchestan, tempat Chahabar berlokasi.
Provinsi itu merupakan kediaman bagi minoritas Sunni di Iran yang mayoritas penduduknya berfaham Syiah, dan juga sudah lama dilanda kekerasan melibatkan para penyelundup obat bius dan kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri.
Kelompok Intelijen SITE yang berkedudukan di Amerika Serikat dan media negara Iran melaporkan bahwa kelompok militan Baluch yang Sunni, Ansar al-Furqan telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Teheran menuduh Arab Saudi, yang menjadi pesaing di kawasan dan AS yang merupakan musuh bebuyutan, mendanai para militan Sunni, tuduhan yang Riyadh dan Washington bantah.
Iran telah mengancam menyerang pangkalan-pangkalan militan di negara tetangganya Pakistan jika Islamabd tidak mengambil tindakan untuk menjamin kawasan perbatasannya, yang Teheran katakan telah menjadi tempat berlindung bagi kelompok-kelompok anti-Iran untuk beroperasi.