REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner mengatakan, sebanyak 118 pengunjuk rasa dan 17 aparat kepolisian mengalami luka dalam gejolak unjuk rasa di seluruh wilayah Prancis.
Castener juga telah memperbarui angka demonstran hingga Ahad (9/12) sore waktu setempat menjadi 136 ribu. "Sebanyak 1.220 orang ditangkap selama demonstrasi," ujarnya.
Puluhan kendaraan lapis baja dan 89 ribu personel, termasuk 8.000 aparat di Paris dikerahkan dalam unjuk rasa yang telah memasuki pekan keempat ini.
Pada Sabtu, para pengunjuk rasa mengenakan rompi kuning berkumpul di sepanjang Champs-Elysees di ibu kota Paris. Toko-toko, restoran, dan bank memilih tutup. Polisi Prancis menggunakan semprotan gas air mata terhadap pengunjuk rasa di sepanjang Champs-Elysees.
Baca juga, Presiden Macron akan Ambil Sikap Atas Aksi Rompi Kuning.
Sejak 17 November, ribuan demonstran berkumpul di kota-kota besar Prancis termasuk Paris untuk memprotes kenaikan pajak bahan bakar yang dicanangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Selain itu warga Prancis menilai situasi ekonomi yang kini memburuk.
Para demonstran yang umumnya tinggal di daerah pedesaan sebab harga sewa yang tinggi di kota-kota, telah meminta Macron untuk memotong pajak bahan bakar dan mengurangi kesulitan ekonomi mereka.
Menurut survei baru-baru ini, 84 persen orang Prancis dari kelompok berpendapatan menengah, mendukung protes ke pemerintahan Macron. Seperti diketahui, harga bahan bakar di Prancis telah meningkat lebih dari 20 persen untuk tahun ini saja.