REPUBLIKA.CO.ID, Rahma Sulistya/Wartawan Republika
Penghuni Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) Klender, Jakarta Timur, sudah puluhan tahun menjadi pelanggan tetap jaringan gas (jargas) PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Rusun percontohan pertama di Indonesia yang diresmikan presiden ke-2 RI Soeharto pada 1984 tersebut sejak awal dilayani jargas di setiap unitnya.
Salah satu penghuni Rusun Klender, Norman (66 tahun) mengatakan, dari 1.280 unit Rusun Klender, semuanya mendapatkan layanan gas alam. Dia yang sudah tinggal selama 34 tahun di rusun tersebut mengaku, selama itu pula menikmati fasilitas jargas. Norman mengatakan, tidak pernah ada laporan kebocoran gas yang sampai menimbulkan kebakaran atau bahkan ledakan, seperti yang terjadi di rumah yang memakai gas elpiji.
“Saya sudah di sini sejak 1984, tidak pernah khawatir memasak dengan kompor gas dari gas alam. Justru malah aman, tidak pernah ada kebakaran,” jelas Norman saat ditemui Republika, belum lama ini.
Penghuni baru Rusun Klender bernama Jessica (33) mengaku, baru menikmati layanan jargas selama empat tahun sejak tinggal di situ. Dia merasa sangat terbantu dengan tagihan gas alam yang sangat terjangkau. Belum lagi, ia tak pernah merasa khawatir dengan fasilitas jargas.
“Ini kan ada meterannya ya, jadi di sini bisa dilihat pemakaiannya berapa dan bayarnya berapa. Pokoknya pakai gas alam ini lebih aman, kalau bocor juga petugas dari PGN cepat sekali memperbaikinya,” ujar Jessica penghuni Blok 3 Rusun Klender tersebut.
Ketika warga melaporkan ada kebocoran di rumahnya, kata Jessica, langsung bisa melapor ke pengelola, dan diteruskan ke PT PGN. Tidak berapa lama, petugas PGN datang untuk memperbaiki. “Ini aman banget, tidak pernah ada kejadian kompor gas meledak, gas alam pokoknya aman banget,” jelas Jessica.
Rusun Klender berdiri di atas Kelurahan Malaka Jaya dan Kelurahan Malaka Sari. Dari 78 blok yang ada di rusun tersebut, blok 1-48 berada di Kelurahan Malaka Jaya dan blok 49-78 berada di Kelurahan Malaka Sari, yang masuk Kecamatan Duren Sawit.
Ketua Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun Klender (PPPSRSK), Rivay R Syam mengatakan, pemerintah pusat harus mulai memikirkan bagaimana penggunaan gas alam ini bisa dialiri ke seluruh rumah warga di Indonesia. Selain untuk keamanan warga itu sendiri, harganya pun cukup jauh berbeda dengan gas elpiji.
“Ini (jaringan gas alam) aman, lebih bagus. Kalau bisa diterapkan di seluruh rumah di Indonesia,” kata Rivay.
Keberadaan jaringan gas alam di rusun, menurut dia, harus didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia agar dapat diaplikasikan di seluruh rumah masyarakat. Berdasarkan pengalaman warga yang sudah memakai jargas sejak awal tinggal di Rusun Klender, kata Rivay, mereka menginginkan agar warga lainnya di luar rusun juga bisa merasakan layanan itu. "Memasak menjadi lebih aman," kata Rivay.
Group head Unit Layanan Jaringan Gas Perusahaan Gas Negara (PGN), M Napitupulu menjelaskan, selain harganya lebih murah dan penggunaannya lebih mudah, keamanan penggunaan jargas menjadi faktor utama penggunaan gas bumi dipercaya masyarakat. Dia mengatakan, permintaan untuk perluasan jargas sudah banyak dilakukan berbagai pihak. Namun, tidak semua dapat dilayani karena terkendala hal teknis.
“Terkait keamanannya yang paling mendasar adalah perbedaan berat jenis LPG dan gas alam, untuk gas alam lebih ringan dari pada udara. Sehingga ketika terjadi kebocoran akan terbawa dengan udara ke atas,” jelas Napitupulu.
Pengamat energi Iwa Garniwa mendukung pemanfaatan jaringan gas diperluas hingga sampai ke dapur-dapur rumah warga. Menurut dia, layanan jargas jangan hanya berhenti di rusun, melainkan juga permukiman warga. Hal itu agar layanan gas alam yang terbukti lebih murah harga jualnya bisa dinikmati masyarakat, khususnya kelas bawah.
Menurut Iwa, layanan jargas ke rumah warga sudah diterapkan sejumlah negara-negara maju. Untuk itu, ia mendorong PT PGN agar dapat menerapkan fasilitas itu di semua wilayah di Indonesia.
“Jaringan gas memang aman dan sudah banyak negara melakukan hal ini. Namun untuk membangun pipa utamanya ke dalam kilometer ini investasinya besar," ujar Iwa menjelaskan kendala perluasan layanan jargas.
Menurut Iwa, pipa dan meteran gas yang diterapkan di Indonesia, mirip dengan yang ada di Jepang dan Korea Selatan. Iwa mengatakan, kalau layanan gas alam dapat dinikmati sebagain besar masyarakat maka kebaikan, maslahat, dan manfaatnya bisa ikut menyumbang pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
Pasalnya, kalau saja gas alam digunakan para pedagang skala kecil yang berjualan maka pengeluaran mereka dapat ditekan. Sehingga mereka bisa menabung dalam jumlah lebih. "Agar pelanggan banyak perlu diiringi dengan sosialisasi pada masyarakat bahwa jaringan gas ini aman dan harga terjangkau,” kata Iwa.