REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Peraih hadiah Nobel perdamaian 2018 Nadia Murad mengatakan para pemimpin dunia harus menerjemahkan rasa simpati mereka terhadap korban kekerasan seksual ke dalam langkah yang melawan para pelaku. Murad seorang perempuan yang menjadi Goodwill Ambassador pertama untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia PBB.
"Faktanya bahwa satu-satunya hadiah di dunia yang dapat mengembalikan martabat kami adalah keadilan dan tuntutan terhadap para pelaku," kata Murad dalam perayaan hadiah Nobel 2018, Senin (10/12).
Murad seorang perempuan muda berusia 25 tahun dari suku Yazidi, Suku Minoritas di Irak. Ia menjadi korban penculikan ISIS yang membantai orang-orang di desanya. Selama diculik Murad dijadikan budak seks.
Namun, ia berhasil kabur. Kisahnya dimulai ketika ia diwawancara oleh Koran Belgia La Libre Belgique pada 2015 lalu dan BBC pada 2016. Murad pun menjadi klien pengacara hak asasi manusia Amal Clooney.
"Saya tidak mencari simpati, saya ingin menerjemahkan perasaan ini di aksi nyata," kata Murad.
Murad berbagi hadiah Nobel 1 miliar dolar AS dengan Denis Mukwege. Mukwege seorang dokter yang mendirikan rumah sakit untuk para perempuan korban pemerkosaan selama perang di negaranya.
sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement