REPUBLIKA.CO.ID, SAN DIEGO -- Sambil berlutut di depan polisi anti-huru hara, 32 pemimpin agama dan aktivis ditangkap di pagar perbatasan AS di San Diego pada Senin (10/12). Penangkapan itu terjadi dalam aksi protes untuk menyatakan dukungan terhadap ribuan migran Amerika Tengah yang datang ke AS.
Lebih dari 400 demonstran yang sebagian besar pemimpin gereja, masjid, sinagog, dan aktivis setempat, menyerukan diakhirinya penahanan dan deportasi terhadap para migran. Mereka juga meminta agar AS bisa menyambut kelompok migran itu yang telah tiba di Tijuana, Meksiko, pada November lalu.
Para demonstran bergerak maju sambil berbaris dan mengenakan kaos bertuliskan "Cinta tak Mengenal Batasan." Puluhan dari mereka kemudian diborgol dan dibawa pergi oleh agen federal begitu mereka memasuki area terlarang di depan pagar.
"Sebagai seorang Quaker yang percaya pada kemanusiaan, kami menyerukan kepada AS untuk menghormati hak-hak migran," kata Joyce Ajlouny, sekretaris umum kelompok Quaker, American Friends Service Committee, yang mengorganisir aksi protes tersebut.
Baca juga, Trump tak Mau AS Jadi Kamp Migran.
Juru bicara Patroli Perbatasan AS, Theron Francisco, mengatakan 31 orang telah ditangkap oleh Federal Protective Services karena masuk tanpa izin. Sementara satu orang lainnya ditangkap oleh Patroli Perbatasan karena menyerang seorang petugas.
Sebelumnya, agen Patroli Perbatasan AS menembakkan gas air mata ke arah para migran pada 25 November lalu, setelah para migran itu melempar batu ke arah mereka.
Ribuan migran tinggal di tempat penampungan yang padat di Tijuana setelah melakukan perjalanan dari Amerika Tengah menuju AS untuk keluar dari kemiskinan dan kekerasan. Mereka mungkin harus menunggu beberapa minggu atau bulan untuk bisa mengklaim suaka di perbatasan AS.
Aktivis migran AS, Pat Murphy, yang mengepalai tempat penampungan migran yang dikelola Katolik di Tijuana, mengatakan para demonstran akan melakukan aksi di pagar perbatasan selama sepekan. Aksi itu disebut "Cinta tak Mengenal Batasan: Panggilan moral untuk keadilan migran."
"Ini adalah ide, kita bertemu di dinding (perbatasan) dan memanjatkan doa, tetapi sayangnya pihak berwenang AS tidak setuju dengan itu," kata Murphy.