Selasa 11 Dec 2018 11:24 WIB

Gubernur BI: Selain Fiqih, Santri Juga Harus Ngaji Sugih

Kemandirian ekonomi di pesantren diharapkan bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi RI

Rep: Lida Puspaningtyas/Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Pesantren
Foto: Arief Priyoko/Antara
Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa pesantren sudah memiliki akar kemandirian ekonomi yang kuat. Sehingga pesantren dinilai mampu menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Perry menuturkan, pesantren telah digerakkan oleh santri-santri yang mandiri dalam memanfaatkan sumber-sumber ekonomi di wilayah pesantren itu. Namun manfaat ekonomi pesantren akan lebih optimal jika kemampuan wiraswata para santri terus ditingkatkan.

"Kalau bicara kemandirian, itu adalah daya juang dan usaha. Para santri itu daya juangnya sudah tidak usah ditanya. Kemampuan untuk bersaing juga sudah teruji. Kini tinggal daya saing usaha wiraswastanya," kata Perry dalam Diskusi Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) bertema 'Tingkat Tinggi: Fastabiqul Khairat Melalui Pesantren Sebagai Salah Satu Rantai Nilai Halal' di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/12).

Perry mengatakan para santri juga perlu memperdalam ilmu ekonomi, sembari meningkatkan terus ilmu agama. Praktik ekonomi dasar yang sudah dilakukan para santri seperti mengolah hasil pertanian dan perkebunan harus dibekali dengan ilmu wiraswasta agar perekonomian dapat bernilai tambah dan berkelanjutan.

"Kita yakini, pesantren itu  menjadi daya dobrak untuk ekonomi maju. Pemberdayaan ekonomi itu fiqih. Pesantren tidak hanya ngaji fiqih tapi juga ngaji sugih," kata Perry menambahkan.

Menurut dia, para santri dengan kegiatan ekonomi yang sudah maju sebaiknya membina para santri yang baru saja memulai kegiatan ekonomi. Para santri juga dapat melakukan kerja sama lintas ekonomi di sektor hulu dan hilir agar integrasi ekonomi syariah semakin tercipta.

"Pesantren yang sudah maju ekonominya, mari kita bersama-sama untuk membina dan memberdayakan ekonomi di pesantren lain," ujar Perry.

Sementara itu Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag), Abdurrahman Mas'ud menuturkan penguatan kemandirian ekonomi syariah melalui pesantren merupakan langkah yang tepat. Khususnya, kata dia, dalam penguatan rantai produk halal dari lingkungan pesantren.

Dalam dua dekade belakangan ini, menurut Mas'ud, model ekonomi syariah semakin menguat. Selain itu, sistem ekonomi syariah saat ini menjadi andalan untuk mendukung keadilan ekonomi di masyarakat.

"Dalam peta jalan pengembangan ekonomi syariah yang lebih luas, pengembangan ekonomi pesantren saat ini sangat strategis. Sebab peran pesantren tidak lepas dari lembaga pendidikan, dan lembaga dakwah, tapi juga lembaga pengembangan perekonomian umat," paparnya.

Saat ini, diakui Mas'ud, jumlah pengembangan ekonomi pesantren telah diperkuat oleh kemenag. "Saat ini sudah ada beberapa pesantren yang terbukti bisa menghasilkan lifeskill bagi santri dan menghidupkan kemandirian ekonomi pesantren," ujar Mas'ud yang juga Ketua Forum Komunikasi Pesantren Indonesia ini.

Lebih lanjut, kata dia, produk ekonomi pesantren bukan hanya bisa dijual, namun juga bisa diekspor ke luar negeri. Karena itu kedepan produk pesantren dan program ekonomi pesantren bisa disinergikan. Perlu ada peta jalan bersama penguatan rantai produk halal pesantren.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement