Selasa 11 Dec 2018 15:39 WIB

Pimpinan KPK: Kita Sedang Ciptakan Manusia Seperti Tuhan

KPK sedang gencar menerapkan pendidikan karakter antikorupsi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Ketua KPK, Agus Rahardjo (tengah) bersama wakil ketua KPK Laode M Syarif (kiri) dan Saut Situmorang meluncurkan album kompliasi festival suarakan aksimu anti korupsi (SAKSI) di Plaza Festival, Jakarta, Jumat  (30/11).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua KPK, Agus Rahardjo (tengah) bersama wakil ketua KPK Laode M Syarif (kiri) dan Saut Situmorang meluncurkan album kompliasi festival suarakan aksimu anti korupsi (SAKSI) di Plaza Festival, Jakarta, Jumat (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk pendidikan antikorupsi. Melalui pendidikan itu, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengungkapkan perlu dibentuk sosok manusia yang mirip Tuhan.

"Kita bukan menciptakan orang setengah dewa lagi, kita menciptakan orang mirip Tuhan sekarang," kata Saut, salam sambutan pembuka Rakornas KPK, bersama pendidik, Kemendikbud, dan Kemenristekdikti, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (11/12).

Ia mengatakan, dalam pendidikan antikorupsi memiliki tujuan membentuk manusia yang ramah, sopan, rendah hati, suka menolong orang lain, dan penyayang. Menurut dia, sifat-sifat tersebut adalah milik ilahi.

Pendidikan karakter antikorupsi nantinya akan ada untuk siswa pendidikan dasar, menengah, hingga mahasiswa. Meskipun demikian, Saut masih belum bisa memastikan apakah pendidikan karakter antikorupsi tersebut dimasukkan ke dalam pelajaran yang sudah ada atau akan ada pelajaran baru.

"Nilai pelajaran antikorupsi di pelajaran kimia juga bisa masuk. Kalau kamu buang limbah sembarangan lalu pas dihukum kamu nyogok itu gimana. Atau dalam pelajaran biologi, kalau kamu terus bunuhin hewan, itu gimana," katanya menjelaskan.

Lebih lanjut, Saut menuturkan KPK akan ikut merumuskan detail-detail terkait pendirikan karakter tersebut. Detail yang ia maksud contohnya adalah bagaimana ketika pendidikan karakter itu tidak berjalan dengan baik maka apa yang akan dilakukan selanjutnya.

"Tadi kan sudah tercermin pelajaran itu enggak substain, setelah belajar ditinggalin, enggak ada sanksinya Ini masih banyak yang harus dijabarkan. KPK nanti akan masuk ke detail-detail itu. Jadi, tidak mau juga kita cuma kasih buku lalu anak suruh baca sendiri," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement