REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya menyatakan masih banyak ditemukan jajanan sekolah di Jawa Timur tidak higienis. Kepala BBPOM Surabaya, I Made Bagus Garametta di sela pemberian Bintang Satu Keamanan Pangan Kantin Sekolah di Surabaya mengatakan temuan itu biasanya terjadi dalam penyajiannya.
"Jajanan itu tidak ditutup dan dijual terbuka, penyajiannya juga langsung pakai tangan tidak pakai alat," ujarnya, Selasa (11/12).
Menurutnya, sikap tidak higienis penjual jajanan akan membuat kontaminasi biologi. Misalkan, adanya mikroorganisme yang mengakibatkan sakit perut atau diare.
"Untuk itu kami terus melakukan pemeriksaan jajanan dan membina pedagang jajanan. Baik di kantin maupun pedagang keliling," ucapnya.
Dia mengemukakan, untuk sekolah yang sudah mampu menjaga jajanan di tempatnya mendapat penghargaan Bintang Satu dari BPOM RI. Untuk tahap pertama, penghargaan ini diberikan pada sekolah yang berada di daerah sasaran.
"Kalau ada yang mau dapat piagam ini juga bisa mengajukan ke kami, nanti kami bina sehingga layak mendapat Bintang Satu," lanjutnya.
Made menjelaskan pemberian piagam Bintang Satu ini diberikan pada sekolah yang memiliki kantin karena biasanya menjual jajanan. Sedangkan untuk sekolah yang memang juga memproduksi jajanan bisa mengajukan piagam Bintang Dua.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso mengatakan makanan sehat yaitu makanan yang SAH (Sehat, Aman dan Higienies). "Sehat dalam artian nilai gizi bagus, aman tanpa bahan pangan berbahaya, penyajiannya harus higienis agar tidak terkontaminasi," katanya.
Hal itu harus diterapkan di sekolah karena pangan akan mempengaruhi stamina dan kondisi tubuh. "Penghargaan ini bentuk pembinaan SDM di lingkungan sekolah. Kami sudah biasa melakukan pembinaan ke berbagai tempat. Secara sampling juga dilakukan pemeriksaan berkala," ujarnya.