Rabu 12 Dec 2018 08:55 WIB

Warga Muara Baru Ingin Terbebas dari Banjir Rob

Air merembes dari tanggul tersebut sudah terjadi dari beberapa tahun lalu

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Pengendara motor melintasi genangan dari air yang mengucur dari tanggul pengaman pantai yang bocor di kawasan Muara Baru, Jakarta, Selasa (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengendara motor melintasi genangan dari air yang mengucur dari tanggul pengaman pantai yang bocor di kawasan Muara Baru, Jakarta, Selasa (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Ada sebuah gang yang lebarnya bisa dilalui mobil truk di kawasan Gedong Kompa, Muara Baru, Jakarta Utara. Gang itu memisahkan tanggul pengamanan pantai yang lama dengan permukiman warga RT 20/17, Penjaringan, Jakarta Utara.

Tanggul yang kini tingginya sekitar 1,5 meter itu sudah dibeton. Akan tetapi, tanggul itu mengalami retak dan bocor di beberapa titik. Air mengucur dari dinding tanggul tersebut. Berdasarkan pantauan Republika pada Selasa (11/12) pagi, air merembes di dinding tanggul sehingga menyebabkan genangan di jalan.

Namun, pada siang hari, air memancur dari tanggul yang bocor tampak lebih jelas. Bahkan yang tadinya titik tersebut tidak retak menjadi bocor dan mengeluarkan rembesan air laut. Menurut Emi (34 tahun), warga Muara Baru pemilik warteg yang berada di depan tanggul, air laut sedang pasang.

Menurut dia, air merembes dari tanggul tersebut sudah terjadi dari beberapa tahun lalu. Terlihat dari lumut yang tumbuh di sekitar lubang tempat air mengalir. Air kerap merembes ketika air laut sedang pasang di awal bulan.

Akan tetapi, Emi juga mengatakan, terkadang air tetap merembes meski air laut sedang tidak pasang. Bahkan, air itu sempat menggenang jalan yang berada tepat di depan warteg miliknya setinggi mata kaki orang dewasa.

"Sudah lama sih ini sering ditambal sama bapak saya, cuma bocor terus. Tiap tanggal muda itu air laut pasang. Kemarin-kemarin mancur air dari lubang ini," ujar Emi saat ditemui Republika, Selasa (11/12).

Bersama warga sekitar yang berbatasan langsung dengan tanggul, Emi melakukan penanganan sederhana mengatasi air rembesan. Agar air yang keluar dari tanggul bocor itu tidak menggenang di jalan. Mereka iuran untuk membuat aliran air kecil yang dihubungkan ke saluran air yang sudah ada.

Tampak ada aliran air dengan lebar sekitar 15 sentimeter yang melintang di jalan. Aliran air itu terhubung ke saluran air di sekitar yang akan bermuara di Waduk Pluit. Tujuannya, agar air rembesan dari tanggul yang bocor segera mengalir dan tidak menggenang.

"Jadi inisiatif warga saja biar enggak banjir. Ini becek melulu enggak pernah kering. Dibikin aliran biar airnya enggak menggenang," kata Emi.

Ia bercerita, pada 2007 terjadi banjir rob di kawasan Muara Baru. Dahulu tanggul itu berbatasan langsung dengan air laut. Sehingga, ketika air laut melebihi ketinggian tanggul dan tanggul tidak kuat menahan air laut, maka yang terjadi banjir rob.

Banjir rob itu menggenangi permukiman warga di kawasan Muara Baru. Kemudian, tak lama ada perbaikan tanggul tersebut dengan betonisasi. Ia berharap, meski ada retakan-retakan di tanggul saat ini, tanggal itu tidak jebol kembali

Menurut Emi, saat ini ketinggian tanggul itu mencapai sekitar 1,5 meter dari permukaan jalan. Beberapa meter dari tanggul juga sudah dilakukan peninggian sekitar 30-40 sentimeter. Kini, tanggul itu sebagian masih berbatasan dengan air laut dan sebagian lainnya sudah berupa daratan.

Dengan jarak sekitar 70 meter-80 meter dari tanggul eksisting lama tersebut, ada tanggul pengamanan pantai tahap satu sepanjang 2,3 kilometer. Emi agak lega mendengarnya.

"Tetapi insya Allah enggak banjir lagi soalnya lautnya sudah jauh, sudah ada tanggulnya berlapis-lapis. Kalau dulu kan lautnya di sini, samping tanggul langsung laut," kata dia.

Warga lainnya Suminah (54 tahun) berharap banjir rob tidak lagi menggenang tempat tinggalnya. Menurut dia, banjir terakhir terjadi pada 2013 lalu saat air laut meluap. Serta tanggul jebol pada 2007 lalu mengakibatkan banjir setinggi pintu rumahnya.

"Barang elektronik saya habis semuanya, yang namanya dirijen air ini sampai dua gerobak, 20 pikul habis, drum-drum ini habis, hanyut semua," kata Suminah sambil menggendong cucunya berusia dua bulan itu.

Ia meminta kepada pemerintah agar segera menangani tanggul yang mengalami bocor dan retak-retak. Hal tersebut harus segera dilakukan agar kejadian tanggul jebol tidak terulang kembali. Bahkan, mata Suminah sempat berkaca-kaca ketika mengingat kejadian pada 2007 lalu.

"Merasa takut juga apalagi ini sudah lapuk-lapuk lagi, takutnya sudah enggak kuat lagi. Dikuatkan lagi tanggulnya, minta dikencengin lagi tanggulnya, ditinggiin lagi, dikuatin lagi," harap dia.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksanaan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) Kementerian PUPR, Ferdinanto mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya penanganan tanggul bocor tersebut. Sejak 2017, sudah dilakukan upaya grouting di tanggul yang sudah ada dari 2002 itu.

Ia menjelaskan, grouting ialah penyuntikan cairan padat berupa semen untuk mengisi celah yang bocor atau retak di bagian dalam. Sehingga, titik-titik tanggul yang bocor tersebut bisa disumbat. Akan tetapi, lanjut dia, titik bocor terjadi di tempat lain, hal tersebut terus terjadi karena tanggul dengan struktur sudah lama.

Maka itu, ia mengatakan, pihaknya akan membuat aliran air. Sehingga air rembesan dari tanggul akan segera mengalir dan tidak menggenang. Aliran air tersebut akan dihubungkan ke Waduk Pluit yang jaraknya tidak jauh dari tanggul.

"Air itu enggak bisa kita tahan. Air akan mencari celah lain yang agak lemah lagi. Jadi kemungkinan kita akan buat saluran, kita alirkan airnya," jelas Ferdinanto.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement