Rabu 12 Dec 2018 07:08 WIB

Sejarah Hari Ini: Tiga Kereta Terlibat Tabrakan Hebat

Sebanyak 35 orang dilaporkan tewas.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi rel kereta api.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ilustrasi rel kereta api.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Hari ini pada 12 November 1988, kecelakaan kereta api di Clapham Junction, London Selatan, menewaskan 35 orang dan melukai setidaknya 100 orang.

Tabrakan yang melibatkan tiga kereta itu terjadi selama jam sibuk pada pagi hari di persimpangan kereta api tersibuk di Eropa.

Awalnya, dua kereta komuter yang membawa sekitar 1.300 penumpang bertabrakan tak lama setelah pukul 08.00 GMT.  Kemudian kereta ketiga yang tak membawa penumpang kembali menabrak kereta terdahulu dan mengenai orang-orang yang selamat.

BBC History mencatat, banyak penumpang kereta api yang masih terperangkap saat tim evakuasi memotong gerbong guna menjangkau para korban.

Tim Layanan darurat mengatakan, para penumpang yang mengalami luka langsung diberikan tindakan di tempat kejadian. Para korban yang telah terjebak dan berhasil  dievakuasi kemudian dilarikan ke Rumah Sakit St George, Tooting.

Beberapa penumpang dalam keadaan cukup baik untuk pergi dengan berjalan kaki. Mereka berdiri di dekat rel kereta api dan masih terkejut akan kecelakaan kereta api yang tiba-tiba terjadi. Banyak dari mereka yang dibawa ke sekolah terdekat untuk perawatan pertolongan pertama.

Para saksi menceritakan bagaimana gerbong melayang ke udara sebelum jatuh kembali setelah tabrakan. Kereta dengan nomor 0718 dari Basingstoke ke Waterloo mengindikasikan perlambatan sinyal ketika kereta bernomor 0614 dari Poole, berangkat dari Bournemouth. Para pakar mengatakan kereta ini akan melakukan perjalanan sekitar 40 mph.

Tak lama kemudian, kereta kosong meninggalkan persimpangan Clapham dan menabrak reruntuhan. British Rail mengatakan, laporan awal menunjukkan kecelakaan itu disebabkan oleh kegagalan sinyal.

Sementara, Meteri Transportasi Paul Cannon saat mendengar laporan kecelakaan langsung pergi ke tempat kejadian. Perdana Menteri Inggris kala itu, Margaret Thatcher, telah menjanjikan penyelidikan publik penuh dan terbuka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement