REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bermula dari tanah kosong berpasir. Kairouan kemudian mewujud menjadi sebuah wilayah berperadaban. Bahkan, bersinar menjadi pusat pendidikan yang sarat ilmu pengetahuan dan cendekiawan cemerlang. Demikian kesaksian seorang ahli geografi, Al-Idrisi.
Menurut Al-Idrisi, Kairouan bukan hanya merupakan sebuah ibu kota pemerintahan Islam, melainkan juga menjadi wilayah dinamis bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Yang kemudian, memberikan pengaruh besar terhadap Afrika Utara dan Mediterania Barat.
Kesaksian Al-Idrisi pun berlanjut. Ia menganggap, Kairouan sebagai ibu dari kota-kota lainnya. Kairouan merupakan kota yang paling banyak dihuni, makmur, dan dipenuhi oleh beragam bangunan megah. Peradaban telah membalut kota ini.
Al-Idrisi pun menyingkap kemunduran yang akhirnya mendera Kairouan. Ia berujar, tak seperti kota-kota lainnya di wilayah tersebut, misalnya Fes di Maroko, kemakmuran di Kairouan berangsur lenyap mulai abad ke-11 .
Kairouan muncul sebagai sebuah entitas pada 670 Masehi. Kota ini didirikan oleh seorang jenderal Arab yang berhasil menaklukkan Afrika Utara, yaitu Uqba ibn Nafi. Penaklukan ini terjadi saat pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah.