REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah menargetkan jembatan darurat berupa jembatan bailey yang menghubungkan jalur utama Kota Padang dan Bukittinggi di Sumatra Barat bisa digunakan pengendara pada akhir pekan ini. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sugiyartanto menyebutkan bahwa pihaknya sedang mengebut pengerjaan jembatan darurat sepanjang 36 meter dan bisa rampung dalam dua hingga tiga hari ke depan. Diharapkan, jalur utama Padang-Bukittinggi yang lumpuh sejak Senin (10/12) petang bisa segera dilalui kendaraan.
"Kemungkinan kita butuh sekitar 30 meter lebih. Kita lihat nanti, kita akan letakkan di posisi yang paling aman. Bisa 36 (meter) atau lebih kurang di situ," ujar Sugiyartanto saat meninjau jembatan Batang Kalu di Korong Pasa Usang Nagari Kayutanam, Padang Pariaman, Rabu (12/12).
Namun Sugiyartanto mengingatkan bahwa jembatan bailey yang dibangun ini bersifat sementara. Itu pun, jembatan hanya mampu menampung satu jalur kendaraan dengan berat maksimal sekitar 15 ton. Prioritas pemerintah, lanjutnya, adalah menghubungkan lagi jalur utama Padang-Bukittinggi yang sempat putus agar roda ekonomi tetap berjalan.
"Bungkin belum bisa dua arah. Saling menunggu. Nggak apa-apa, yang penting sudah ada konektivitas dulu saling tersambung. Kemudian secara paralel kita akan desain jembatan yang permanen," jelas Sugiyartanto.
Sejalan dengan pengerjaan jembatan darurat, Kementerian PUPR melalui Balai Jalan Nasional III Sumatra Barat mulai menggarap rancang bangun jembatan permanen sebagai pengganti jembatan lama yang ambruk. Rencananya rancangan jembatan baru akan rampung dua bulan mendatang dan siap dilelang. Pemerintah memasang target, jembatan permanen yang baru bisa mulai dikerjakan Maret 2019 dan rampung secara total pada akhir 2019.
"Alokasi anggarannya akan kami masukkan. Untuk jembatan permanen 30 meter, kurang lebih Rp 8-10 miliar," kata Sugiyartanto.
Kementerian PUPR menjelaskan, ambruknya Jembatan Batang Kalu pada Senin (10/12) disebabkan arus sungai mengikis pondasi jembatan. Belajar dari pengalaman, Balai Jalan akan membangun jembatan permanen dengan abutment (penyangga jembatan) yang lebih kokoh.
"Kuncinya jembatan di peletakan (abutment). Kalau geser bisa terguling. Pada kasus banjir kemarin, penyebabnya selain banjir di luar normal, menggerus abutment dan jadikan jembatan hanyut," katanya.
Baca juga, Begini Penampakan Jembatan Putus di Jalur Padang-Bukittinggi