REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pertandingan babak 64 Piala Indonesia antara PS Tira melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Sultan Agung, Bantul, DIY, Selasa (11/12) lalu diwarnai dengan adanya kericuhan dari suporter. Kericuhan ini mengakibatkan wasit menghentikan pertandingan saat laga masih berlangsung, tepatnya pada menit ke-80, karena suporter mencoba masuk ke lapangan.
Kepala Sub Bagian Humas Polres Bantul, AKP Sulistiyaningsih mengungkapkan, kemarahan suporter PSIM terjadi usai gol kedua tercipta dari PS Tira. Tak lama setelah itu, suporter PSIM langsung masuk ke lapangan dan membuat kericuhan.
"Hal ini membuat wasit langsung menghentikan pertandingan. Wasit juga ikut dikejar suporter karena dinilai berat sebelah," kata Sulistiyaningsih saat dikonfirmasi Republika, Rabu (12/12).
Kemarahan suporter, lanjutnya, karena kiper PS Tira yang menendang bola cadangan ke arah suporter dan mengacungkan jari tengah. Hal ini membuat beberapa suporter marah dan memaksa masuk lapangan. "(Suporter) Mengeroyok kiper, namun kiper menyelamatkan diri," lanjutnya.
Ia mengungkapkan, suporter yang sempat mengejar wasit dan pemain PS Tira, dapat dikendalikan oleh pihak keamanan. Suporter juga merusak beberapa fasilitas stadion.
Fasilitas yang dirusak antara lain, rangka besi baliho panjang yang ada di sekitar lapangan. Besi ini dipatahkan untuk dilempar kepada petugas keamanan.
Dua jaring gawang, kanopi dan kaca pintu tribun VIP barat sisi atas juga pecah akibat kericuhan suporter. Kerugian pun ditaksir mencapai Rp 50 juta.
Dari kericuhan ini, delapan korban menderita luka ringan. Kegiatan pertandingan ini pun berakhir dengan skor 2-0, di mana PS Tira unggul atas PSIM Yogyakarta.
Gol pertama tercipta pada menit ke-52 oleh Herwin Tri Saputra. Sementara gol kedua tercipta pada menit ke 72 oleh Panda Ahmad Lestaluhu.