REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN -- Sedikitnya 300 keluarga masih terkurung di kampungnya, di Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumatra Barat setelah satu-satunya akses menuju perkampungan itu ambruk. Jembatan Sungai Patai yang menghubungkan Nagari Kapalo Hilalang dengan jalur utama Padang-Bukittinggi runtuh pada Senin (10/12) lalu akibat derasnya arus Sungai Batang Ulakan.
Salah satu warga, Mustafa Kamal (70 tahun), mengungkapkan Jembatan Sungai Patai merupakan satu-satunya akses warga untuk keluar-masuk kampung. Jembatan sepanjang 25 meter tersebut ambles di satu sisi dan terseret beberapa meter oleh arus sungai. Mustafa menyebut, ambruknya jembatan disebabkan bantalan penyangga jembatan yang tergerus aliran air sungai.
"Kejadian Senin sore kemarin. Sampai sekarang kendaraan warga tak bisa melintas sama sekali. Terkurung saja di kampung. Kalau warga, masih bisa turun sungai untuk menyeberang," ujar Mustafa, Rabu (12/12).
Ia menambahkan, warga membuat jalur darurat menuruni sungai untuk menyeberang. Setelah menuruni tangga yang tersusun dari tanah, warga bisa berjalan menyisir bibir sungai untuk menaiki beton jembatan yang tersisa. Itu pun, warga masih harus berpegangan pada tali yang sengaja dipasang sebagai pegangan karena kemiringan jembatan mencapai sekitar 15 derajat.
Mustafa berharap pemerintah segera melakukan perbaikan terhadap jembatan Sungai Patai. Apalagi ratusan warga di sana bergantung pada jembatan tersebut untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno (IP) menyebutkan sudah mendata seluruh kerusakan yang terjadi akibat hujan deras dan banjir pekan ini. Sejumlah kerusakan di jalan nasional, lanjutnya, akan diatasi melalui pemerintah pusat. Sedangkan infrastruktur di luar jalan nasional, akan diperbaiki oleh Pemprov Sumbar atau Pemda setempat.