Kamis 13 Dec 2018 15:19 WIB

Kepala BKPM Optimistis Investasi Membaik Usai Pilpres

Meskipun membaik, Indonesia harus tetap waspada dengan tantangan makro.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong (tengah) dalam acara World Bank: Indonesia Economic Quarterly di The Energy Building, Kamis (13/12).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong (tengah) dalam acara World Bank: Indonesia Economic Quarterly di The Energy Building, Kamis (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong optimis adanya perbaikan investasi pada tahun depan. Hal tersebut berdasarkan sejarah investasi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.

Ia menjelaskan, berkaca dari 20 tahun ke belakang, investasi selalu melambat setiap memasuki tahun pemilu. Namun, selalu naik kembali bahkan cukup tajam setelah pemilu usai.

"Jadi dari sisi siklus saja saya optimistis bahwa baik investasi secara umum maupun FDI (foreign direct investment) atau investasi internasional itu akan recover di 2019," katanya dalam acara Indonesia Economic Quarterly di The Energy Building Jakarta, Kamis (13/12).

Meski optimistis investasi akan membaik, Indonesia harus tetap waspada karena tantangan dari kondisi makro yang tidak kalah beratnya dibandingkan dengan 2018. Semangat reformasi dan terus membenahi diri menjadi cara yang dapat dilakukan Indonesia dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Membenahi diri yang utama adalah bagaimana Indonesia mampu meningkatkan daya siang dan atraksinya dibandingkan negara pesaing seperti Vietnam Thailand dan Malaysia. Akhir 2018 ini, ada potensi investasi besar yang akan masuk ke Indonesia. Perusahaan elektronik Pegatron asal Taiwan berminat untuk berinvestasi di tanah air. 

Potensi besar ini bahkan diangkat pada sidang kabinet dengan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. Saat ini,  BKPM bersama dengan BP Batam dan Pemda Batam akan segera menindaklanjuti investasi yang disebut-sebut mencapai 1 miliar dolar AS itu.

"Ini contoh potensi yang luar biasa dari perang dagang yang terjadi antara AS dan Cina," kata dia.

Terkait nilai investasi, Thomas enggan mengkonfirmasi lebih lanjut. Menurutnya, ada beberapa skenario terkait hal tersebut. 

"Kalau kita kasih insentif yang hebat nilai investasinya juga akan dahsyat, tapi kalau insentif yang kita tawarkan payah dibandingkan dengan negara-negara saingan mungkin investasinya kecil atau hilang sama sekali. Dia akan milih negara tetangga," katanya.

Perusahaan asal Taiwan tersebut merupakan perakit komponen Iphone. Namun keberadaan pabrik Pegatron di Batam itu tidak untuk merakit Iphone, melainkan set-top box dan perangkat pintar lainnya bersama dengan PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN).

Di samping sektor elektronik, ia melanjutkan, BKPM juga bekerja sama dengan Asosiasi Produsen Mebel Indonesia. Mereka telah melakukan roadshow di kota Dongguan yang merupakan pusat industri mebel di Cina.

Roadshow dilakukan untuk mencoba melobi dan membujuk pemilik pabrik mebel agar pindah ke Indonesia. Selain Cina, pemerintah bersama American Chambers berupaya melobi Asosiasi Fesyen Indstri mereka untuk menggeser pengadaan bahan baku dari Cina ke Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement