REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Israel membunuh dua orang bersenjata di Tepi Barat yang diduduki. Hamas pada Kamis (13/12) mengklaim korban tewas itu sebagai anggotanya.
Pria pertama menjadi buronan pasukan Israel karena diduga melakukan serangan dekat permukiman Yahudi. Insiden itu melukai tujuh orang, termasuk seorang wanita hamil yang kehilangan bayinya.
Adapun pria kedua terkait dengan penembakan dua orang Israel di sebuah taman industri pemukiman pada 7 Oktober lalu. Kekerasan di Tepi Barat telah meningkat sejak pembicaraan damai Palestina dengan Israel terhenti pada 2014. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mempertahankan kerja sama keamanan dengan Israel di sana, mengingat keberadan Hamas yang merebut Gaza pada 2007.
"Perlawanan di Tepi Barat tidak akan pernah berhenti sampai Pendudukan Israel dihapus dari semua tanah kami dan kami mendapatkan kembali semua hak kami," ujar Hamas dalam sebuah pernyataan.
Hamas mengkonfirmasi orang-orang bersenjata yang tewas telah melakukan dua serangan atas nama organisasinya. Pemerintahan Abbas berusaha mengalihkan fokus ke permukiman Tepi Barat Israel, yang dianggap sebagian besar negara sebagai ilegal.
"Komunitas internasional memikul bagian dari tanggung jawab atas agresi oleh pendudukan dan para pemukim karena diam terhadap serangan-serangan ini," kata juru bicara pemerintah Palestina Youssef Al-Mahmoud. Kebuntuan diplomatik antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Abbas telah diperdalam sejak Palestina memboikot pemerintahan Trump karena mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Secara terpisah pada Kamis, seorang pria menikam dan melukai dua polisi Israel di Yerusalem Timur. Pelaku telah ditembak mati. Namun, identitasnya masih belum diketahui.
Israel dan Amerika Serikat telah menekan pemerintahan Abbas atas tunjangan kepada keluarga Palestina yang dipenjarakan atau dibunuh oleh pasukan Israel.
"Kami akan membawa semua teroris dan mengirim mereka ke pengadilan. Abu Mazen (Abbas), yang membiayai keluarga para teroris, juga harus membayar sebuah harga akan kebijakannya," kata Menteri Intelijen Israel Israel Katz di Twitter.
Avi Dichter, ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan parlemen Israel, menggambarkan operasi Hamas menargetkan Israel dan Abbas.
"Hamas memiliki kepentingan dalam melakukan serangan teroris dari Jalur Gaza, tetapi lebih dari itu dalam membawa mereka keluar dari Tepi Barat," kata Dichter kepada Radio Israel.