REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Deligasi dua pihak yang berperang di Yaman tengah mendiskusikan untuk memperluas gencatan senjata sampai ke Pelabuhan penting Hodeida. Tapi kedua belah pihak juga tidak ada yang siap untuk menyetujui proposal yang diajukan PBB sebagai pemimpin perundingan damai di Swedia ini.
Salah rancangan dokumen yang diajukan PBB menunjukan 16 poin untuk menghentikan pertempuran sepenuhnya dan semua pasukan masing-masing pihak ditarik sampai batas kota dan kemudian di batas provinsi. Sementara membiarkan PBB untuk mengawasi dan mengatur pemerintahan administrasi paksa-perang.
Kedua belah pihak hanya mengatakan mereka tidak dapat menerima proposal awal tersebut. Perundingan damai ini dilakukan disebuah kastil di luar ibukota Stockholm.
"Seperti biasa, dalam setiap perundingan, ide yang diajukan dan mereka bisa ditolak, mereka bisa dilemparkan dari atas meja," kata deligasi dari pemerintahan Yaman, Ali Hussein Ashal, Senin (10/12).
Sejauh ini perundingan damai fokus membicarakan implementasi pertukaran tahanan antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dengan pemerintahan yang diakui internasional dan didukung AS dan koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Perundingan ini rencananya akan berlangsung selama lima hari.
"Dan banyak ide yang telah diajukan sebelumnya, di pertemuan-pertemuan sebelumnya, pemberontak Houthi menolak semuanya," kata Ashal.
Sebelumnya deligasi dari pemberontak Houthi Gamal Amer mengatakan, pihaknya sebuah menolak proposal meski belum diketahui apakah yang ia maksud proposal yang sama atau ada proposal-proposal lainnya yang telah diajukan.
Ia hanya mengatakan pihaknya sudah mengajukan 'observarsi subtantif' tentang sebuah rancangan proposal.
Sebuah dokumen yang mirip dengan rancangan proposal PBB juga beredar di sekitar daerah konflik pusat Kota Taiz.
Utusan Khusus PBB untuk perang Yaman, Martin Griffths sudah mengatakan, ia ingin kota Pelabuhan Hodeida tidak masuk dalam medan pertempuran.
Karena ia berharap bantuan internasonal bisa kembali didistribusikan melalui pelabuhan tersebut dan Yaman bisa mencegah kelaparan.
Perang Yaman telah membunuh puluhan ribu orang dan membuat Yaman menjadi negara dengan krisis kemanusian terburuk.
Menurut PBB di negara itu sebanyak 22 dari 29 juta orang membutuhkan bantuan. Selama berbulan-bulan kedua belah pihak yang berperang melakukan pertempuran di Hodeida.