REPUBLIKA.CO.ID, Siapa sangka di pelosok Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berdiri megah sebuah istana yang mirip dengan Istana Negara di Jakarta. Bangunan yang diberi nama Istana Parnaraya tersebut berlokasi di Desa Kebon Agung, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri atau sekitar 55 kilometer dari Kota Solo.
Bangunan yang dijadikan lokasi wisata tersebut diresmikan pada Agustus 2017. Bangunan megah tersebut didedikasikan bagi para orang lanjut usia (lansia) di Wonogiri.
"Rumah ini saya gunakan untik memberikan penghormatan orangtua yang sudah sepuh. Karena di Wonogiri kebanyakan orangtua ditinggal anak-anaknya merantau," kata pemilik Istana Parnaraya, Suparno (48), saat ditemui wartawan di Istana Parnaraya, beberapa waktu lalu.
Satu bulan sekali, Suparno mengundang puluhan lansia untuk mengadakan pertemuan di Istana Parnaraya. Pertemuan diisi dengan berbagai kegiatan seperti makan bersama, doa bersama, senam bersama, maupun pengecekan tensi darah. Para lansia dijemput oleh pegawai Suparno dengan mobil khusus yang terparkir di halaman Istana Parnaraya.
Suparno juga rutin menyantuni lansia setiap tanggal 22. Awalnya, Suparno mulai menyantuni orang tua jompo di atas 70 tahun di sekitar tempat tinggalnya di Desa Tempursari Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri, pada 2013. Santunan diberikan setiap bulan. Jumlahnya semakin bertambah, dari 270 orang menjadi 610 lansia saat ini.
Objek wisata Istana Parnaraya di Desa Kebon Agung, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogori. Bangunan yang didesain mirip istana negara tersebut didedikasikan untuk para lansia.
Santunan tersebut diberikan dalam bentuk uang tunai. Dia meminta tolong kepada 26 relawan untuk menyalurkan santunan tersebut kepada lansia yang terdaftar. Saat ini, lansia yang disantuni tersebar di beberapa kecamatan antara lain, Sidoharjo, Girimarto, Jatipuro dan Wonogiri.
"Santunannya memang tidak besar. Hanya puluhan ribu rupiah. Tapi itu untuk pegangan mereka. Kadang untuk beli gula atau teh," ucapnya.
Santunan tersebut berasal dari uang pribadi Suparno serta tiket masuk Istana Parnaraya. Pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 5.000 rupiah. Dari nominal tersebut, Rp 500 dibayarkan kepada Pemkab Wonogiri, sedangkan Rp 4.500 untuk santunan lansia.
Nama Parnaraya diambil dari merek usaha batik miliknya di Wonogiri yakni Batik Parnaraya yang didirikan pada 2010. Sebelumnya, lulus sekolah di Wonogiri, Suparno merantau ke Jakarta. Dia bekerja menjadi karyawan swasta selama 13 tahun. Setelah itu, Suparno membuka usaha kecil-kecilan kemudian usahanya semakin berkembang. Pada 2010 dia pulang ke Wonogiri dan mendirikan Batik Parnaraya.
Kini, Suparno memiliki beberapa bidang usaha di Jakarta seperti otomotif, ekspedisi, garmen, dan jasa. Merasa memiliki rezeki berlebih, Suparno berinisiatif menyantuni para lansia di Wonogiri pada 2013. Setelah beberapa lama, para lansia penasaran dengan wajah orang yang menyantuni mereka. Akhirnya, suatu waktu, Suparno menyempatkan untuk berkeliling menengok para lansia. Namun, dia menilai hal itu tidak efektif karena jumlah lansia yang banyak sehingga butuh waktu lama. Akhirnya, Suparno memiliki gagasan membangun rumah yang dijadikan lokasi pertemuan dengan para lansia.
Objek wisata Istana Parnaraya di Desa Kebon Agung, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogori. Bangunan yang didesain mirip istana negara tersebut didedikasikan untuk para lansia.
"Kalau saya bikin bangunan joglo rata-rata orang di sini punya, rumah limasan juga banyak. Supaya menarik makanya saya bikin rumah kayak istana," ungkap suami dari Sumarmi tersebut.
Bangunan tersebut memang mirip dengan istana negara. Bangunan itu memiliki lima tiang atau pilar dengan filosofi ibadah lima waktu. Kemudian di bagian dalamnya terdapat ruang tamu dengan furnitur bergaya elegan. Selain itu, juga dipasang foto-foto presiden RI pertama sampai ketujuh, serta sejumlah lukisan. Suparno juga memasang bendera merah putih dan empat bendera lainnya di tengah ruangan. Dinding bangunan dicat warna putih rata. Bangunan seluas 200 meter persegi tersebut berdiri di atas tanah seluas 2.000 meter persegi. Pemandangan di depan istana terhampar pegunungan kara khas Wonogiri.
Perhatiannya pada lansia dilatarbelakangi rasa cintanya yang besar kepada kedua orang tuanya terutama sang ibu. Suparno juga ingin mengajak masyarakat untuk mengurus orang tua, menghormati dan menjunjung tinggi.
"Saya berharap apa yang saya lakukan ini dapat menginspirasi banyak orang," ujar bapak dua anak tersebut.
Seorang pengunjung, Agnes Kristina (27), mengaku terkesan dengan keberadaan Istana Parnaraya. Dia kagum dengan inisiatif pemiliknya untuk menyedekahkan hasil penjualan tiket. "Saya belum menemukan hal seperti ini di daerah lain. Sangat menginspirasi," ujarnya pegawai swasta di salah satu perusahaan asuransi di Solo tersebut.
Ke depan, Suparno ingin membantu pemerintah di bidang ekonomi dengan menggerakkan ekonomi masyarakat. Dia melihat potensi Wonogiri di bidang pertanian bisa lebih dikembangkan lagi. Dia berencana mengembangkan produk-produk khas Wonogiri dengan kreativitas masyarakat setempat. Selain itu, dia juga bermimpi membangun penginapan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Wonogiri. Konsep penginapan tersebut bergaya rumah Jepang dikelilingi persawahan.