REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahma Sulistya
Masih teringat jelas bagaimana malam Selasa (11/12) sekitar pukul 22.00 WIB, saat seorang kakek bernama Oloan Hutapea (63) tak berdaya kala rumahnya di Jalan H Bain RT 05/06, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, dihancur oleh segerombol massa berambut cepak. Segerombol massa yang diperkirakan berjumlah lebih dari 50 orang itu, datang meneriaki nama anak dan menantunya yakni Iwan Hutapea dan Suci Ramdani.
Keramaian itu juga dikomandoi oleh seseorang yang berteriak ‘Masuk! Masuk!’ yang artinya mereka dipaksa masuk ke dalam rumah Oloan untuk mencari anaknya. Tubuhnya gemetar melihat segerombol massa yang tampak sangat beringas, anarkistis, dan semena-mena, ia akhirnya pasrah dipaksa masuk ke dalam rumah tetangga yang berada di depannya.
“Malam itu, saya lagi duduk di sini (teras rumah tetangganya) bersama menantu saya yang lain. Tiba-tiba mereka datang dan menanyakan Iwan pada saya, saya katakan saya tidak tahu, mereka tidak percaya,” ujar Oloan saat ditemui Republika di rumahnya, Jumat (14/12).
Karena Oloan terus menjawab tidak tahu, akhirnya segerombol massa itu tidak sabar dan memaksa masuk ke rumahnya. Khawatir pintu rumahnya rusak, Oloan meminta menantunya untuk mengantarkan mereka masuk ke dalam rumah secara baik-baik, namun ditolak mentah-mentah.
Mereka malah mengajak Oloan dan menantunya untuk masuk ke dalam rumah tetangganya tersebut, dan dilarang untuk mengintip sama sekali. Begitupun rumah yang ada di sekitarnya, dilarang mengintip apalagi sampai merekam video.
Setelah dipastikan di dalam rumah tidak ada orang, segerombol massa itu langsung merusak rumah Oloan secara membabi buta layaknya orang kesetanan. Hatinya semakin bergetar dan ketakutan ketika satu kalimat ancaman terlontar dari beberapa mulut massa tersebut.
“Mereka bilang, ‘Di mana anakmu? Kamu mau lihat bangkai anakmu di pinggir kali?’, orang tua mana yang lemas mendengar nada ancaman dari mulut puluhan orang itu. Saya terus kepikiran, bahkan saya mau ikut bantu cari, lebih baik diproses hukum daripada harus dihajar ramai-ramai sampai jadi bangkai,” papar Oloan dengan wajah yang masih sayu.
Sepanjang waktu, Oloan terus berdoa agar anaknya itu tidak ditemukan oleh segerombol massa yang ia yakini dari TNI tersebut, karena bisa hilang nyawa anaknya itu. Hingga akhirnya kabar berita datang dari kepolisian, anaknya ditangkap di kontrakannya wilayah Citayam, Depok, Jawa Barat, juga bersama sang menantu.
“Saya bersyukur dengan Tuhan Allah, karena anak saya ditemukan oleh polisi, karena kalau TNI yang temukan, saya tidak tahu lagi,” kata Oloan.
Ia bisa meyakini bahwa gerombolan yang datang itu adalah oknum TNI, karena mereka datang dan meneriaki diri mereka sendiri bahwa mereka adalah tentara, didukung juga dengan badan mereka yang tegap dan rambut cepak. Ia menginginkan kepolisian dapat memproses hukum anaknya dengan sejujur-jujurnya, begitu juga orang yang merusak rumahnya, juga dapat diproses hukum dengan sebenar-benarnya.
Ditemui juga di rumah Oloan, ada istrinya yang juga ibu kandung Iwan Hutapea yakni Surta Hutahean (60), merasa teriris hatinya mendengar ancaman berujung maut itu. Ia lebih memilih anaknya di penjara ketimbang ditemukan terbujur kaku dengan kondisi hancur akibat dikeroyok segerombol massa itu.
“Kalau memang anak saya salah, ya sudah biarlah proses hukum berjalan. Tapi supaya kelihatan siapa yang benar, di sana kan ada kamera CCTV, polisi harus cek itu. Bagaimana kebenaran kejadian saat di Arundina Mart itu pasti terekam di sana,” kata Surta.
Berbagai cerita ia dengar dari orang-orang yang berada di lokasi, walau sebagian dari cerita itu menyebutkan bahwa anaknya tidak bersalah sepenuhnya, tapi ia mengaku tidak bisa menceritakan apapun soal kejadian di Arundina Mart karena ia sendiri tidak ada di lokasi. Sehingga, ia tidak mau memberikan pernyataan apapun soal kejadian di Arundina Mart, ia menyerahkan ke kepolisian untuk mengusut tuntas, dan harus melihat kamera CCTV di sana.
Surya menceritakan, anaknya itu baru bekerja menjadi juru parkir di sana selama satu tahun ini dan sudah tidak tinggal lagi bersama mereka sejak menikah dengan Suci. Bahkan mereka terbilang hampir tidak pernah bertemu, setelah kejadian ini pun mereka belum bertemu lagi, sehingga ia tidak mengetahui cerita dari bibir anaknya itu. Oleh karena itu, posisi mereka juga sebagai korban akibat pengerusakkan tak berdasar dari segerombol massa itu.
“Padahal ya, anak saya itu tipe orang yang kalau tidak dipukul, dia tidak akan memukul, kalau tidak dicubit, dia tidak dicubit. Dia itu kalau ada masalah diomongin dulu baik-baik, kalau kemudian ada yang berlaku keras ke dia, baru dia bisa berlaku lebih keras lagi. Makanya saya tidak tahu itu kejadian di Arundina apakah anak saya mukul duluan atau tidak, tapi kok feeling saya tidak akan begitu,” jelas Surta.
Ia mengaku senang kepolisian telah menangani kasus anaknya ini, walaupun ia tidak berharap bahwa kepolisian bisa menyelesaikan ini secara proposional lantaran ada keterlibatan anggota TNI dan dalam jumlah besar. Yang terpenting bagi dia, anaknya sudah diamankan dulu oleh polisi agar tidak ‘dihabisi’ massa.
Sementara itu meski Oloan meyakini yang datang adalah anggota TNI karena pengakuan dari massa itu sendiri, Kapendam Jaya Kolonel Inf Kristomei Sianturi mengatakan, pihaknya belum bisa langsung menyimpulkan apakah benar mereka yang datang adalah anggota TNI. Kristomei juga belum bisa mengatakan apakah penyerangan Polsek Ciracas ada kaitan dengan kejadian tersenggolnya seorang anggota TNI AL di Arundina Mart, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur.
“Kita tidak bisa terburu-buru mengakui bahwa menyatakan itu anggota TNI, kalau memang benar anggota, laporkan, kalau ada bukti dan saksi itu anggota TNI, ya laporkan. Makanya dalam hal ini saya juga minta bantuan masyarakat apabila ada yang mengetahui ada anggota TNI yang melajukan pengrusakkan, silakan laporkan kepada kami, nanti kita akan usut dan tindak tegas,” jelas dia di Mapolda Metro Jaya, Jumat (14/12).
Kristomei berjanji akan mengusut tuntas pelaku pengrusakkan rumah Oloan dan Polsek Ciracas, jika benar ada keterlibatan oknum TNI, pihaknya tidak akan segan memberikan sanksi pemecatan hingga penjara. Ia meminta masyarakat untuk tidak memandang TNI sebagai sosok menakutkan, karena ia menjanjikan keamanan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
“Para rakyat, kita TNI tidak akan pernah menyakiti rakyat, artinya TNI adalah bagian dari rakyat, kita baik-baik pada rakyat. Adapun kalau ada kejadian tertentu, kita tindak tegas, sekarang ini akan kita tindak tegas,” kata dia lagi.