REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Banyak yang mendefinisikan orang kaya itu adalah karena banya harta yang bergelimang. Kehidupannya selalu terhias sempurna dalam hidupnya membuat seseorang itu berbeda ketika sedang berkumpul dengan orang lain.
"Tetapi perlu kita sadari, bahwa kaya yang sesungguhnya adalah saat dirimu dimahkotai iman yang kuat, bukan karena gemerlap harta dan pernak-pernik duniawi yang menempel sesaat padamu," kata Habib Abdurahman melalu pesan hikmanya yang diterima Republika.co.id, Jumat (14/12).
Habib mengatakan, bukankah di saat menusia mulai renta pun, harta itu tak bisa digunakan semuanya? Bahkan sudah mulai dinikmati ahli waris. Apalagi di saat mati harta tak terpakai semuanya.
"Jadi, tidak usah membusungkan dada ketika hidup sudah tak lagi susah, karena hal itu hanya bentuk kasih sayang Allah kepadamu agar dirimu lebih bisa menjadi sosok yang lebih berguna bagi sesamanya," katanya.
Habib mengibaratkan orang kaya itu wakil Allah SWT di bumi untuk menyebarkan kelebihan hartanya kepada yang membutuhkan.
"Si kaya dapat bahagia saat ia menyadari dirinya ditunjuk Sang Khaliq sebagai distributor harta Tuhannya. Maka jadilah distributor yang baik! Agar langgeng rezekimu dan sebagai agen sedekah," katanya.
Dia menegaskan, kaya itu baik dan akan sangat baik bahkan jauh lebih baik, jika iman bersemayam dalam kekayaan tersebut.
Habib mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib RA: “Bukanlah kebaikan dengan banyaknya hartamu dan anakmu, melainkan kebaikan yaitu dengan banyaknya ilmumu dan besarnya kelembutanmu, dan berlomba dengan manusia dalam beribadah kepada Allah.” Habib menyarankan membaca hamdalah tatkala mampu berbuat baik dan beristighar saat berbuat keburukan.