REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Sebanyak delapan titik jalur kereta api di wilayah PT KAI (Persero) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun terpantau rawan terdampak bencana alam.
Manajer Humas PT KAI (Persero) Daop 7 Madiun Ixfan Hendri Wintoko mengatakan terdapat beberapa jalur di wilayahnya yang rawan longsor. Hal itu karena kontur tanah di lokasi setempat tergolong labil, terlebih saat musim hujan.
"KAI Daop 7 Madiun mendeteksi ada sebanyak delapan titik rawan bencana di sepanjang jalur KA setempat, yakni rawan bencana banjir, longsor, dan ambles," ujar Ixfan kepada wartawan di Madiun, Sabtu (15/12).
Ia merinci lintasan yang rawan bencana tersebut antara lain, titik KM 135+200 sd 135+600 antara Stasiun Wilangan-Saradan yang rawan terampak longsor, titik KM 115+200 sd 115+200 antara Stasiun Garum-Blitar yang juga merupakan daerah rawan longsor.
Kemudian, titik KM 136+380 jembatan no 340 antara Stasiun Wilangan-Saradan yang merupakan rawan banjir akibat luapan Kali Petung. Titik KM 166+459 jembatan no 444 antara Stasiun Madiun-Barat yang merupakan daerah rawan banjir akibat luapan Sungai Madiun.
Lalu, titik KM 176+827 jembatan no 32 antara Barat-Geneng, yakni rawan banjir akibat luapan Kali Mangge. Titik KM 186+384 jembatan no 64 antara Geneng-Papar merupakan daerah rawan banjir akibat luapan Kali Geneng.
Ditambah lagi titik KM 188+121 jembatan no 67 antara Geneng-Papar yakni rawan banjir akibat luapan Kali Melian dan titik KM 109+715 jembatan no 289 antara Baron-Sukomoro yang merupakan rawan banjir. Guna mengantispasi titik rawan tersebut, KAI terus melakukan perawatan di sepanjang jalur kereta api wilayahnya. KAI juga terus melakukan pemantauan lintasan kereta api selama 24 jam.
"Akan ada petugas tambahan yang melakukan patroli selama 24 jam, terlebih di daerah rawan tersebut. Total ada 24 penjaga, dengan masing-masing daerah rawan terdapat tiga orang penjaga," kata dia.
KAI juga terus berkoordinasi dengan juru penilik jalan rel dan masinis kereta api untuk mengetahui adanya jalur rel yang kurang sempurna. Selain itu, Ixfan mengatakan, KAI juga telah menyiapkan alat material untuk siaga (AMUS) antara lain berupa batu balas, bantalan rel, pasir, karung, besi H "Beam" (untuk jembatan),dan alat penambat rel di titik-titik yang telah ditentukan.
Meski terdapat beberapa titik yang rawan bencana longsor, ambles, dan banjir, namun pihaknya menjamin lintasan kereta api di sepanjang Daop 7 Madiun dalam keadaan baik, terlebih dalam menghadapi masa angkutan Nataru 2018/2019. Adapun masa angkutan Nataru 2018/2019 yang ditetapkan PT KAI akan berlangsung selama 18 hari, mulai 20 Desember 2018 hingga 6 Januari 2019.