REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Generasi muda diminta kritis terkait konten tayangan televisi, baik siaran nasional atau lokal. Hal ini menyusul semakin banyaknya isi siaran televisi yang lebih mengedepankan sisi hiburan, dibanding nilai-nilai pendidikan, informasi, dan kontrol sosial.
Dekan Fisipol Universitas Ekasakti Padang, Sumartono, menilai anak muda khususnya mahasiswa punya pengaruh paling kuat dibanding kelompok umur lainnya sebagai penjaga nilai konten siaran. "Mahasiswa terbukti sebagai pembuat sejarah dan literasi media menjadi penting di era digital karena begitu banyak hoaks dan konten TV yang tak sesuai budaya," jelas Sumartono usai penjadi pembicara dalam Sosialisasi Penyiaran Sehat bersama KPID Sumbar, Sabtu (15/12).
Sumartono memandang bahwa konten siaran di televisi saat ini mengalami krisis nilai pendidikan. Ia mengingatkan, mahasiswa lebih kritis terhadap konten siaran yang berkualitas. Selain itu, perguruan tinggi juga punya peran untuk menanamkan jiwa kritis terhadap mahasiswa.
Sementara itu, Koordinator Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatra Barat, Melani Friati, menyebutkan bahwa generasi muda berpotensi menjadi 'penyuluh' bagi keluarga dan lingkungannya terkait penyiaran sehat. Mahasiswa, menurut Melani, bisa menjadi mitra KPI pusat dan daerah untuk mengawasi konten TV. Bila ditemukan tayangan tak mendidik atau melanggar aturan, maka generasi muda bisa mengadukannya kepada KPI pusat dan daerah.
"Sudah banyak sanksi yang sudah diberikan. Seperti kasus petikan rumah tangga yang diekspos TV nasional. Kami harap sanksi-sanksi itu membuat TV menngurangi tayangan yang tidak mendidik. Dan kami harap masyarakat, terutama anak muda kritis. Supaya bisa menyeleksi siaran yang tidak sehat ini," jelas Melani.