REPUBLIKA.CO.ID, Dua puluh tahun yang lalu hari ini pada tanggal 16 Desember, Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton menjelaskan perintahnya untuk melakukan serangan udara ke Irak. Negara Timur Tengah itu dianggap telah menolak bekerja sama dengan PBB untuk memeriksa persenjataan nuklirnya.
Keputusan ini tidak didukung oleh beberapa anggota Kongres penting. Para penentang menuduh Clinton menggunakan perintah tersebut untuk mengalihkan proses penggulingannya dari kursi kepresidenan.
Satu hari sebelum pengumuman itu, House of Representative mengeluarkan laporan yang menuduh Clinton telah melakukan 'kejahatan tinggi dan ringan' yang berhubungan dengan skandal seksnya dengan Monica Lewinksky. Sebuah skandal yang membuktikan Clinton berkilah tentang hubungan terlarangnya dengan pegawai magang tersebut di kantor presiden AS, Oval Office.
Pada saat serangan udara tersebut, Irak terus melanjutkan upaya mereka membangun senjata pemusnah massal termasuk nuklir, senjata kimia, dan biologi. Khawatir dengan sikap agresif pemimpin Irak saat itu, Saddam Hussien, terhadap rakyatnya sendiri, PBB mencoba mengirim inspektornya yang bernaung di bawah United Nations Special Commission (UNSCOM) ke Irak pada tahun 1997.
Clinton kemudian memerintahkan serangan udara untuk mendesak Saddam Hussien agar mau bekerja sama. Seperti dilansir CNN, Clinton sempat membatalkan serangan udara pada November setelah melihat gertakannya membuat Saddam tampak menyerah.
Clinton meyakini pembatalan serangan adalah langkah yang tepat. Ia menjelaskan, Saddam mendapat satu kesempatan terakhir untuk bersikap kooperatif.
Menurut Clinton, Saddam kemudian tidak menunjukkan itikad baiknya saat inspektor UNSCOM datang memeriksa program senjata terlarangnya. Ia mengatakan, bukannya terlecuti, Saddam malah melecuti inspektor.
Clinton menegaskan, Saddam telah menyia-nyiakan kesempatan terakhir. Perintah untuk melancarkan serangkaian serangan udara pun keluar.
Banyak anggota Kongres setuju dengan pemimpin mayoritas partai Republik Trent Lott saat itu yang mengatakan waktu perintah serangan udara tersebut 'mencurigakan' dan 'diambil dalam waktu singkat'.
Menurut mereka serangan udara tersebut hanya sebuah cara untuk mengalihkan perhatian publik dari proses penggulingan. Selain itu, akan terbukti serangan udara itu menjadi sebuah langkah sia-sia dalam membujuk Saddam Hussein memenuhi permintaan PBB.
Menurut Lott dan para pengikutnya, satu-satunya cara untuk mengakhiri program senjata Irak adalah dengan melakukan pengeboman terus menerus dan menggulingkan Saddam Hussein. Dalam pidato publik yang disiarkan televisi hari itu, Clinton menepis kritik-kritik yang diarahkan kepadanya.
"(Presiden Irak salah jika ia pikir) perdebatan tentang penggulingan akan mengalihkan perhatian masyarakat Amerika atau memperlemah tekad kami untuk menurunkannya," kata Clinton, seperti dikutip dari history.com.
Ia menekankan keputusannya untuk memerintahkan serangan udara sangat penting bagi kepentingan Amerika dan keamanan dunia. Tapi pada akhirnya perhatian masyarakat Amerika dan media tetap terpaku pada upaya Clinton mempertahankan kursi kepresidenannya. Selain itu, serangan udara dan ancaman penggulingan membuktikan hal tersebut tidak mampu menggoyahkan Saddam Hussien.