REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (FTSLK ITS) menggelar Surabaya Environmental Talkshow 2018 dengan mengangkat tema “Reduce Plastic, for Life Revolution.” Pembahasan difokuskan pada masalah penanganan sampah plastik di Indonesia.
Talkshow yang digelar menghadirkan perwakilan dari Packaging and Recycling Association Indonesia Sustainable Environment (PRAISE), Mignone N. B. Maramis; ], head of Sustainable Business and Unilever Indonesia Foundation, Sinta Kaniawati; asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman, Haeru Rahayu; dan guru Besar dibidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Yulinah Trihadiningrum
"Melalui Surabaya Environmental Talkshow kali ini masyarakat diharapkan akan lebih peka terhadap kondisi permasalahan sampah plastik di Indonesia," kata Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITS, Niko Lovandra Putra di Surabaya, Ahad (16/12).
Niko juga berharap, masyarakat mulai membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, mengingat masyarakat merupakan ujung tombak penentu sampah akan dibuang atau digunakan kembali. Masyarakat juga diharapkan dapat mengenal bagaimana penanganan sampah plastik di Indonesia, baik itu yang dilakukan pemerintah maupun yang dilakukan perusahaan penghasil produk berkemasan.
Yulinah Trihadiningrum, dalam pemaparannya menjelaskan tentang dampak berbahaya penggunaan plastik. Dimana plastik menurutnya saat ini sudah merupakan permasalahan lingkungan utama yang Indonesia hadapi. Bahkan, berdasarkan penelitian Universitas Georgia pada 2015, Indonesia merupaka pemasok sampah plastik terbanyak kedua ei dunia, yakni sebanyak 187,2 Juta Ton.
"Yang dapat kita lihat di mana-mana (banyak sampah plastik) hari ini, hal ini merupakan akumulasi dari beberapa tahun lalu hingga hari ini," ujar Yulinah.
Menyikapi permasalahan tersebut, Sinta Kaniawati mengaku, Unilever sudah menerapkan dan memperkenalkan teori Circular Economy. Sehingga nanti sampah tak hanya sekadar dibuang tetapi sebagai bahan baku untuk kedepannya diolah dan digunakan kembali.
"Untuk mewujudkan hal ini, perlu adanya sinergitas kerja dari berbagai stakeholder terkait dari pemangku jabatan hingga masyarakat sekalipun. Perlu adanya satu komando dalam menuntaskan masalah sampah di Indonesia," ujarnya.