Senin 17 Dec 2018 06:22 WIB

Rabithah Alawiyah Cinta Agama, Negara dan Bangsa

Rabithah Alawiyah merupakan organisasi Islam wadah resmi seluruh habib di Indonesia.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen bin Umar Smith saat silaturrahmi ke kantor Republika, Jumat (17/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen bin Umar Smith saat silaturrahmi ke kantor Republika, Jumat (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rabithah Alawiyah menggelar acara peringatan milad yang ke-90 di Hotel Aston Priority, TB Simatupang, Jakarta Ahad (16/12) malam. Pada milad ke-90, Rabithah Alawiyah mengusung tema wa'tasimu bi hablillahi jamian wa la tafarroqu, artinya berpeganglah kepada tali Allah dan hendaknya janganlah engkau terpecah belah.

Rabithah Alawiyah merupakan organisasi Islam yang menjadi wadah resmi seluruh habib di Indonesia. Tokoh-tokoh pendiri Rabithah Alawiyah juga turut serta berjuang mewujudkan Indonesia merdeka dan terbebas dari penjajahan. Perjuangan generasi pendiri Rabithah Alawiyah itu pun diteruskan dari generasi ke generasi.

"Meski warna zamannya berbeda, namun garis perjuangan Rabithah Alawiyah sejatinya tetap sama sejak organisasi ini berdiri pada 1928 yakni cinta agama, cinta negara dan cinta bangsa Indonesia," kata Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen bin Umar Smith kepada Republika.co.id, Ahad (16/12) malam.

Habib Zen mengartikan tema milad Rabithah Alawiyah ke-90 sebagai wujud kecintaan serta komitmen Rabithah Alawiyah selaku umat, warga negara dan anak bangsa di Republik Indonesia. Sebab dengan berpegang teguh pada tali Allah niscaya akan menjunjung tinggi prinsip kasih sayang, hormat-menghormati dan ahlaqul karimah.

 

"Dengan berpegang kepada tali Allah itu maka umat Islam bisa menjadi aktor-akor persatuan yang mampu menjawab tantangan zaman, Rabithah Alawiyah siap menjadi garda terdepan untuk menunjukkan komitmennya kepada persatuan umat dan bangsa," ujarnya.

Ia menegaskan, Rabithah Alawiyah berkomitmen untuk ikut memperkuat ghirah dan kecintaan terhadap agama dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai organisasi yang berdiri di era kebangkitan nasional, Rabithah Alawiyah sadar bahwa Bangsa Indonesia selalu menghadapi tantangan lintas zaman.

Awal berdirinya Rabithah Alawiyah pada 27 Desember 1928 berangkat dari semangat zaman saat itu. Yakni semangat kebangkitan nasional Indonesia. Semangat kebangkitan yang berlandaskan pada satu visi kesatuan bangsa, bahasa dan Tanah Air. Sejak itu, Rabithah Alawiyah selalu berikhtiar dan berusaha berjuang dalam membangkitkan semangat nasional Indonesia.

"Peran sejumlah para sesepuh Rabithah pun tercatat dalam buku sejarah perjuangan bangsa yang akhirnya ikut membawa negara ini meraih kemerdekaan pada 1945," ujarnya.

Acara milad Rabithah Alawiyah dihadiri pengurus pusat dan daerah Rabithah Alawiyah. Sejumlah pejabat dan tokoh nasional pun hadir dalam peringatan milad ini. Di antaranya yang hadir Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Habib Dr Salim Segaf Aljufri dan yang lainnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement