REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Perwakilan Taliban akan bertemu dengan pejabat Amerika Serikat (AS) di Uni Emirat Arab (UEA), Senin (17/12). Penyelesaian konflik Afghanistan menjadi topik utama yang hendak dibahas dalam pertemuan tersebut.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, perwakilan Arab Saudi, Pakistan, termasuk UEA, akan turut berpartisipasi dalam pertemuan dengan pejabat AS. Pertemuan itu dilakukan sebagai upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik Afghanistan. Kendati demikian, sejauh ini Taliban menolak berhubungan langsung dengan pemerintah karena dianggap tidak sah.
Menurut Mujahid, sebelumnya perwakilan Taliban telah melakukan dua kali pertemuan dengan pejabat AS, termasuk utusan khusus perdamaian AS Zalmay Khalilzad. Pertemuan itu dilaksanakan di Qatar.
Departemen Luar Negeri AS tidak membantah atau mengonfirmasi tentang adanya pertemuan sebelumnya dengan Taliban. Namun, Khalilzad sempat mengungkapkan bahwa dirinya telah bertemu dengan semua warga Afghanistan yang terlibat dalam perang selama 17 tahun.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah membentuk tim negosiasi untuk mencapai kesepakatan perdamaian dengan Taliban. Hal itu, dia ungkapkan saat menghadiri konferensi PBB di Jenewa, Swiss, akhir bulan lalu.
“Saya senang mengumumkan hari ini bahwa setelah beberapa bulan konsultasi intensif dengan warga kami di seluruh negeri, kami telah merumuskan peta jalan untuk perundingan perdamaian,” ujar Ghani.
Ia mengatakan pemerintahannya telah membentuk badan dan mekanisme yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan damai dengan Taliban. “Kami sekarang bergerak maju ke babak berikutnya dari proses perdamaian,” katanya.
Afghanistan memang sedang berusaha mencapai kesepakatan damai dengan Taliban. Pada Juli lalu, Ghani telah mengajak Taliban berunding. Namun, permintaan itu ditolak.
Taliban menghendaki pembicaraan perdamaian tidak hanya melibatkan mereka dengan Pemerintah Afghanistan, tapi juga perwakilan AS, yang merupakan sekutu utama Afghanistan dalam melawan Taliban. Peperangan antara Pemerintah Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama lebih dari 16 tahun. Peperangan telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas. Pada tahun lalu saja konflik telah membunuh atau melukai lebih dari 10 ribu warga sipil.