Senin 17 Dec 2018 12:24 WIB

Hamas Bersedia Pulihkan Persatuan Palestina dengan Fatah

Hamas akan berpartisipasi dalam pemilu nasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Warga Palestina di Gaza City, Kamis (12/10), menyambut gembira kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah.
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina di Gaza City, Kamis (12/10), menyambut gembira kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyatakan siap bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Ia bersedia melakukan pembicaraan di mana pun guna membahas situasi internal Palestina.

Hal tersebut disampaikan Haniyeh saat berpidato dalam acara peringatan berdirinya Hamas yang diselenggarakan di Gaza pada Ahad (16/12). "(Hamas) siap mematuhi segala persyaratan untuk memulihkan persatuan nasional Palestina dan mengakhiri perpecahan," kata Haniyeh dalam pidatonya, dikutip Anadolu Agency.

Haniyeh juga mengatakan bahwa Hamas bersedia menggelar dan berpartisipasi dalam pemilu nasional, baik untuk memilih anggota parlemen maupun presiden. Bulan lalu delegasi Hamas dan Fatah bertemu dengan para pejabat Mesir di Kairo guna mengakhiri perpecahan internal Palestina.

Itu merupakan pertemuan yang kesekian kalinya antara perwakilan Hamas dan Fatah. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang benar-benar mendamaikan kedua faksi Palestina tersebut.

Fatah dan Hamas telah berselisih sejak 2007. Perselisihan dipicu oleh kemenangan Hamas dalam sebuah pemilu pada 2006. Hamas memenangkan pemilihan tersebut, tapi Fatah menolak mengakuinya. Pada Juni 2007, Hamas mulai mengendalikan dan mengontrol pemerintahan di Gaza.

Beberapa upaya rekonsiliasi antara kedua faksi itu sempat dilakukan. Namun hal tersebut gagal karena Hamas selalu mengajukan syarat-syarat tertentu kepada Otoritas Palestina bila hendak berdamai.

Pada Oktober 2017, Hamas dan Fatah menandatangani sebuah kesepakatan rekonsiliasi di Kairo. Penandatanganan kesepakatan itu menjadi simbol keinginan kedua faksi untuk berdamai setelah 10 tahun berselisih.

Setelah sepuluh tahun berlalu, Hamas akhirnya menyatakan kesiapannya untuk memulihkan hubungan dengan Fatah tanpa prasyarat apa pun. Mereka bahkan membubarkan komite administratif yang sebelumnya bertugas untuk mengelola pemerintahan di Jalur Gaza. Hal itu dilakukan agar Otoritas Palestina dapat mengambil alih tugas pemerintahan di daerah yang diblokade tersebut.

Namun, rekonsiliasi masih mengalami kebuntuan. Hingga saat ini Hamas masih mengontrol Jalur Gaza sedangkan Fatah menjalankan pemerintahan di Tepi Barat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement