REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menyatakan seluruh Badan Usaha Penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM), kecuali PT Pertamina (Persero), sudah menurunkan harga jual BBM nonsubsidi. Terakhir, menurut Djoko, pada 13 Desember kemarin Shell sudah menurunkan harga jual BBM nonsubsidi.
"Shell sudah, semua sudah. Tinggal Pertamina aja, tanya Bu Nicke (Dirut Pertamina Nicke Widyawati, red) deh," ujar Djoko di Kementerian ESDM, Senin (17/12).
Mengenai ini, Sekretaris Perusahaan Pertamina Syahrial mengatakan pihaknya belum bisa menentukan kapan akan menurunkan harga BBM nonsubsidi meski tren harga minyak dunia sedang turun akhir-akhir ini. Ia menjelaskan Pertamina perlu banyak melakukan evaluasi dan melihat pergerakan harga minyak mentah dunia sebelum menentukan penurunan harga.
Syahrial menjelaskan, apalagi acuan harga di upstream kata Syahrial tidak serta merta mempengaruhi harga di downstream. "Perlu dipahami juga, harga di downstream itu gak otomatis harga di upstream bergerak. Kan kita basisnya MOPS. Bukan acuan WTI atau Brent," ujar Syahrial, Senin (17/12).
Syahrial menjelaskan pegerakan harga juga perlu dilihat dalam jangka waktu tertentu. Ia menjelaskan, Pertamina perlu mengevaluasi pergerakan harga tidak dalam jangka waktu sebulan dua bulan.
"Kan ada time lapsenya. ini lagi kita review. Tiba tiba naik lagi gimana. Ini kan kebijakan kita bagaimana menyikapi fluktuasi ini. ini perlu kajian kajian. Bulan depan bergerak gak," ujar Syahrial.
Apalagi, kata Syahrial minyak yang saat ini dimiliki oleh Pertamina bukan minyak dengan harga acuan hari ini. Stok yang dimiliki Pertamina merupakan minyak yang dibeli dengan acuan harga kontrak jual beli lama.
"Ya kan crude kita kan harga lama. Stok kita itu harga crude bulan lalu. Dilihat saja," ujar Syahrial.
Namun, memang tak ditampik oleh Syahrial bahwa pemerintah meminta Pertamina untuk bisa menurunkan harga BBM non Subsidinya. "Ya kalau harganya begini terus ya nanti kita sesuaikan," ujar Syahrial.