Selasa 18 Dec 2018 00:23 WIB

Sultan Ingin Bus Wisata tak Masuk Pusat Kota Yogyakarta

Sultan menilai Kota Yogyakarta sudah semrawut.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat diwawancara wartawan  di Depan Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta, Senin (17/12).
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat diwawancara wartawan di Depan Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta, Senin (17/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hemengku Buwono X berpendapat bus pariwisata tidak perlu masuk pusat Kota Yogyakarta agar kondisi lalu lintas di kawasan itu tidak semakin semrawut. "Kalau aku sebetulnya bus-bus sebetulnya tidak perlu masuk Kota Yogyakarta," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (17/12).

Namun demikian, menurut dia, keinginan itu sulit diwujudkan apabila Pemerintah Kota Yogyakarta tidak memiliki pandangan yang sama mengenai penataan lalu lintas itu. "Tapi kalau kota (Pemkot Yogyakarta) masih keberatan ya susah," kata Raja Keraton Ngayogyakarta ini.

Menurut Sultan, saat ini kondisi lalu lintas di Kota Yogyakarta sudah padat. Kepadatan itu diperkirakan semakin meningkat memasuki momentum libur akhir tahun yang bertepatan dengan Hari Raya Natal dan Tahun Baru seperti saat ini.

"Tadi malam kita lihat dari jembatan (Serangan) sampai Kuncen (Pasar Pakuncen), (SMA) Teladan, pinggir-pinggir itu bus besar semua, kan sudah liburan," kata dia.

Menurut dia, bus besar yang membawa pariwisata bisa dibuatkan semacam tempat parkir atau park and ride di luar kawasan pusat Kota Yogyakarta. Dari situ, wisatawan bisa beralih menggunakan moda transportasi khusus menuju kota.

Pembuatan park and ride, menurut dia, antara lain dapat memanfaatkan tanah kas desa seluas lima hektare yang ada di timur Jogja Expo Center (JEC). "Berhenti di situ, ke kotanya bisa pakai odong-odong yang bagus, kan bisa," kata dia.

Selain itu, menurut dia, solusi lain untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di kota gudeg yakni dengan mengoptimalkan moda-moda transportasi umum seperti Trans Jogja atau yang lainnya. "Jadi kota ini tidak semrawut," kata Sultan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement