Selasa 18 Dec 2018 13:22 WIB

Erdogan Sebut Trump Dukung Operasi Turki di Suriah

Turki akan memulai operasi militer di sebelah timur sungai Eufrat.

Rep: Marniati/ Red: Friska Yolanda
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat meresmikan bandara baru di Turki, Senin (29/10).
Foto: AP Photo/Emrah Gurel
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat meresmikan bandara baru di Turki, Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA--- Presiden Turki Tayyip Erdogan mengaku mendapat dukungan dari presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait operasi militer Turki di timur laut Suriah. Klaim Erdogan ini bertentangan dengan sikap keras Kementerian Pertahanan AS terkait operasi militer tersebut. 

Pekan lalu, Pentagon memperingatkan tindakan militer sepihak oleh pihak mana pun di Suriah timur laut, dimana pasukan AS beroperasi. Namun Erdogan mengatakan Trump lebih mudah menerima rencana Turki daripada Kementerian Pertahanan AS.

"Kami secara resmi mengumumkan bahwa akan memulai operasi militer di sebelah timur sungai Eufrat. Kami mendiskusikan ini dengan Trump dan dia memberi tanggapan positif," kata Erdogan dalam sebuah pidato di provinsi Konya.

Gedung Putih tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan Erdogan. Namun pada Jumat lalu Gedung Putih mengakui bahwa Trump dan Erdogan berkomunikasi tentang Suriah melalui telepon.

"Mengingat ancaman (Turki) untuk menangani masalah ini sendiri, AS, di setiap tingkatan telah   menghubungi Turki," kata Duta Besar James Jeffrey, utusan khusus AS untuk  Suriah.

Jeffrey yakin saat ini situasinya mulai sedikit tenang. "Saya percaya bahwa kami bersedia bekerja dengan orang-orang Turki dan dengan orang-orang di lapangan untuk menemukan jalan ke depan," katanya kepada sebuah forum di  Dewan Atlantik di Washington.

Turki dan AS telah lama bertentangan terkait kebijakan Suriah. Washington mendukung milisi YPG Kurdi Suriah melawan ISIS. Sementara itu Ankara menganggap YPG sebagai organisasi teroris yang terikat dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), kelompok terlarang yang telah melancarkan pemberontakan tiga dekade di Turki tenggara.

Erdogan mengatakan pekan lalu bahwa Ankara akan meluncurkan kampanye baru melawan YPG. Kampanye penyerangan ini dinilai sulit dilakukan karena  kehadiran tentara AS di Suriah utara. Pasukan AS telah membuat pos pengamatan di sepanjang perbatasan Turki-Suriah.

Washington telah mengkomunikasikan posisi pos-pos pengamatan ke Ankara. AS memperingatkan bahwa pasukan AS akan membela diri jika ditembaki. 

Pentagon pada Senin membantah laporan bahwa mereka mengirim bala bantuan ke perbatasan untuk mengatasi ancaman aksi militer Turki. "Kami tidak memiliki pergerakan pasukan militer besar ke perbatasan timur laut dengan Suriah. Kami tidak punya apa-apa selain dari apa yang diperlukan untuk melanjutkan misi kami pada mereka (pos pengamatan)," kata juru bicara Pentagon Kolonel Rob Manning. 

Turki telah melakukan intervensi untuk membasmi YPG dan ISIS dari wilayah barat Eufrat selama dua tahun terakhir. Turki  tidak melancarkan  serangan ke wilayah timur Eufrat, untuk menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan AS. Pentagon mengatakan AS memiliki sekitar 2.000 tentara di Suriah.

"Kami dapat memulai operasi kami di tanah Suriah kapan saja dari lokasi yang sesuai dengan perencanaan kami. Pasukan heroik kami telah menyelesaikan persiapan dan rencananya. Seperti yang selalu saya katakan, kami mungkin datang tiba-tiba suatu malam," kata Erdogan, Senin.

Erdogan tidak menjelaskan tanggapan Trump. Namun ia memastikan  bahwa Turki akan berhati-hati untuk menghindari korban dari pasukan AS.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement