REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan penggunaan kotak suara berbahan kardus lebih efisien daripada menggunakan aluminium yang harganya mahal dan susah disimpan. Terakhir kali Indonesia menggunakan kotak suara berbahan alumunium adalah pada Pemilu 2004.
"Salah satu (alasan) kenapa karton, itu karena pengalaman dengan aluminium susah disimpan. Harganya juga mahal," kata Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Selasa (18/12).
Lagipula, lanjut Wapres, penggunaan bahan kardus itu hanya untuk kotak suara tambahan sehingga Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat menghemat anggaran untuk biaya produksi kotak suara tersebut. "Kan cuma pengganti, tidak semua (berbahan) kardus. Karena penduduk bertambah, TPS bertambah, berarti kotak suara bertambah. Ada yang rusak, ditambah. Hanya penambah itu yang dari kardus, dari karton," kata Wapres.
Terkait kekhawatiran terhadap daya tahan kotak suara berbahan kardus tersebut, Wapres JK mengatakan KPU telah melakukan uji coba ketahanan kotak tersebut. "Sudah diuji, diperlihatkan oleh Ketua KPU RI (Arief Budiman) bahwa itu (kotaknya) sudah dinaiki. Karena itu, perlu dijaga, jangan kehujanan, itu saja tentunya," kata Wapres.
Wapres juga menekankan bahwa penggunaan kotak suara berbahan kardus tersebut telah mendapat kesepakatan dari para partai politik di DPR. "Jangan lupa, itu telah disetujui masing-masing pihak di DPR, partai-partai kan setuju," katanya.
Sebelumnya, Ketua KPU RI Arief Budiman menegaskan kotak suara cukup kuat untuk digunakan sesuai dengan fungsinya. Arief menambahkan, kotak suara berbahan kardus tersebut tidak dimaksudkan (kekuatannya) untuk menahan dampak banjir atau dibakar.
"Kotak suara didesain untuk menjalankan fungsi sebagai kotak suara, bukan menjalankan fungsi untuk menahan api, bukan menjalankan fungsi untuk menahan banjir, bukan. Kalo kena banjir, direndam air jelas rusak, dibakar jelas terbakar," kata Arief di Jakarta, Selasa.