Selasa 18 Dec 2018 21:05 WIB

Kriteria Ulama, Kiai Ma’ruf: Bijak dan Bukan Pemaki

Ma'ruf Amin mengajak ulama bijak dan santun dalam menyampaikan dakwah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Calon Wakil Presiden no urut satu, Ma'aruf Amin(tengah) memberikan keterangan dalam jumpa media di  Jakarta, Kamis (6/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Calon Wakil Presiden no urut satu, Ma'aruf Amin(tengah) memberikan keterangan dalam jumpa media di Jakarta, Kamis (6/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut I KH Ma’ruf Amin membeberkan kriteria ulama. Dalam pandangan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, ulama itu mengajak orang ke jalan Allah SWT dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan. 

Selain itu, kata dia, ulama harus memberi nasihat dengan baik, bukan dengan memaki-maki. "Andai saja harus berdebat, berdebatlah dengan cara yang terbaik. Bukan yang mentang-mentang, ngotot. Berdebat dengan argumentasi kuat dan santun," kata dia saat menerima kunjungan Relawan Millenial Jokowi Ma'ruf (Remaja) di Rumah Situbondo, Jakarta Pusat, Selasa (18/12).   

Dia mengakui memang ada ulama yang ahli dalam memaki, sehingga ulama yang demikian sudah menyimpang dari tugas seorang ulama. Dia menyebutnya dengan istilah ‘al-makiun’ yang bukan merujuk ke istilah ahli Makkah (Makkiyun), tetapi pelesetan dari para pemaki.  

"Kalau cara mengajak orang dengan memaki-maki, mengejek, dengan menyakiti, itu tak ada tuntunannya dari agama. Itu mungkin karena nafsunya, egonya, sehingga dia melampaui apa yang seharusnya sebagai ulama," kata dia. 

Kiai Ma'ruf mengatakan, seandainya menjadi wakil presiden kelak, dirinya akan mencari cara untuk menertibkan ulama yang demikian, sehingga bisa menjadi ulama yang sebenarnya. Jika tidak ditertibkan, kata dia, akan bisa menimbulkan konflik di masyarakat 

Dia mengingatkan kepada para ulama dan penceramah agar membangun kecintaan, baik di kalangan umat Islam maupun dengan umat agama lain.  

"Jadi bukan saling bermusuhan, saling membenci, kemudian saling memaki. Saya kira itu sesuatu yang tidak boleh. Negeri kita adalah negeri yang penuh dengan kesantunan yang diwariskan oleh nenek moyang kita," tutur Pengasuh Ponpes An Nawawi Tanara Banten ini.      

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement