REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Salahuddin Wahid atau Gus Solah beserta keluarga besarnya saat meresmikan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari.
Presiden Joko Widodo saat berpidato sebelum meresmikan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari di Tebuireng, Jombang, Selasa (18/12), menganggap Gus Solah telah memberikan sumbangan yang besar kepada bangsa Indonesia.
"Selaku Presiden Republik Indonesia, selaku bagian dari umat Islam di Indonesia, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Gus Solah beserta seluruh keluarga besar Tebuireng yang telah banyak memberikan kontribusi yang luar biasa bagi umat Islam di Indonesia. Kontribusi yang luar biasa kepada Indonesia yang kita cintai bersama," katanya.
Presiden mengisahkan ketika ia menandatangani Keputusan Presiden yang menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, ia membayangkan apa yang sedang dipikirkan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari pada 1945.
"Saya membayangkan begitu besarnya semangat perjuangan beliau. Begitu besarnya rasa cinta beliau beserta para ulama pada Tanah Air kita Indonesia," katanya.
Hal itulah yang kemudin mendorong KH Hasyim Asy'ari bersama dengan para ulama lainnya dengan berani dan dengan keteguhan hati, mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai perang jihad fisabilillah atau jihad di jalan Allah.
"Kini, Gus Solah sebagai cucu KH Hasyim Asy'ari beserta seluruh keluarga besar Tebuireng terus mengingatkan umat Islam di Indonesia, mengingatkan kepada kita semua, seperti tadi yang sudah disampaikan Gus Solah, bahwa kita harus mencintai Indonesia. Bahwa kita harus menjaga Indonesia," katanya.
Hal itu juga berarti menjaga kemerdekaannya yang sudah diperjuangkan oleh para pendahulu, para ulama, santri, dan para pejuang pahlawan.
Termasuk melalui Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari kata Presiden, yang kemudian mengingatkan semua bahwa Islam masuk ke Nusantara dengan proses yang sangat damai.
"Islam berkembang di Indonesia dengan dialog, dengan menggunakan media budaya lokal, seperti syair, wayang, gurindam, kasidah, dan lainnya," katanya.
Melalui museum itu, kata Presiden, juga diingatkan bahwa kejayaan kerajaan-kerajaan Islam dari Aceh sampai Maluku turut menghantarkan bangsa ini pada kemajuan bangsa di masa kini.
"Kita juga diingatkan bahwa pesantren-pesantren sejak lama sudah turut aktif mencerdaskan manusia-manusia Indonesia," katanya.
Pada kesempatan ini Presiden juga ingin mengingatkan bahwa Indonesia dengan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berlandaskan ideologi Pancasila, sejatinya turut dibentuk oleh para ulama, santri, umat Islam, bersama-sama dengan elemen bangsa Indonesia lainnya.
Ia pun kembali mengingatkan bahwa bangsa ini bangsa yang majemuk, bangsa yang beragam, berbeda-beda, warna-warni baik berbeda suku, agama, adat, tradisi, dan berbeda bahasa daerah.
"Oleh sebab itu saya ingin mengingatkan kita semua bahwa aset terbesar bangsa ini adalah persatuan. Aset terbesar bangsa ini adalah persaudaraan, kerukunan. Oleh sebab itu marilah kita bersama menjaga persatuan kita, kerukunan kita, persaudaraan kita, ukhuwah islamiah kita, maupun ukhuwah wathaniyah kita," katanya.
Setelah menandatangani prasasti yang menandai peresmian museum Presiden kemudian meninjau museum yang dirintis sejak 2010 itu.
Turut hadir dalam peresmian museum Gubernur Jatim Soekarwo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Mendikbud Muhadjir Effendy, dan Staf Khusus Presiden Johan Budi SP.