REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Uni Eropa berharap perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) tak dibubarkan. Penghentian perjanjian itu berpotensi memicu terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengungkapkan, perjanjian INF yang ditandatangani Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet pada 1987, telah membantu menciptakan keamanan bagi Eropa. Kendati demikian, ia mengakui bahwa INF masih memiliki kekurangan.
"Kita semua tahu bahwa arsitektur keamanan pasca-Perang Dingin jauh dari sempurna dan sebagian besar perjanjian internasional juga jauh dari sempurna, seperti segala sesuatu dalam hidup, seperti manusia," kata Mogherini ketika berbicara di Konferensi Non-Proliferasi dan Perlucutan Senjata PBB pada Selasa (18/12).
Baca juga, NATO Minta Rusia Taati Kesepakatan Rudal Nuklir.
Namun ketidaksempurnaan perjanjian-perjanjian itu bukan berarti bahwa mereka harus dibubarkan. "Perjanjian INF, misalnya, adalah salah satu perjanjian utama yang mengakhiri Perang Dingin, memberikan kontribusi untuk membuat benua kita Eropa lebih aman," ujar Mogherini.
Menurut Mogherini, kekhawatiran AS atas kepatuhan Rusia terhadap INF harus diatasi dengan cara yang sangat substantif dan transparan. Bukan dengan kata-kata, tapi perbuatan.
Mogherini menegaskan Eropa tidak membutuhkan perlombaan senjata baru seperti pada masa Perang Dingin. "Jadi mari kita coba untuk mengubah krisis saat ini yang tidak ingin kami lihat berkembang secara negatif menjadi peluang, dan bukan untuk membongkar, tapi memperkuat perjanjian (INF) serta bergerak maju di jalan menuju perlucutan senjata," katanya.
AS telah mengumunkan rencananya menarik diri dari INF. Hal itu pun telah disampaikan secara resmi kepada Rusia. Sikap itu diambil karena AS menilai Rusia telah melanggar ketentuan perjanjian tersebut. Kendati demikian, Pemerintah Rusia menyatakan masih membuka diri untuk bernegosiasi.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Perjanjian itu telah berkontribusi menghancurkan 2.700 rudal balistik dan jelajah pada 1991. Uni Eropa memandang INF sebagai pilar keamanan Benua Biru.