Rabu 19 Dec 2018 12:56 WIB

DDII Minta Pemerintah Nasihati Cina soal Muslim Uighur

Indonesia bisa menasihati Cina sebagai negara yang bersahabat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Mohammad Siddik
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Mohammad Siddik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan-laporan soal kondisi mengenaskan etnis Uighur yang ditahan dalam kamp-kamp reedukasi di Xinjiang, Cina terus bermunculan. Menanggapi hal tersebut, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) meminta Pemerintah Indonesia menasihati dan meminta Pemerintah Cina untuk memperlakukan etnis Uighur dengan baik.

Ketua Umum DDII, KH Mohammad Siddik mengatakan, Wakil Presiden Republik Indonesia menyampaikan Muslim Uighur urusan dalam Negeri Cina. Tapi Indonesia bisa menasihati Cina sebagai negara yang bersahabat. Supaya umat Islam di Uighur diperbolehkan beribadah dan menjalankan budayanya.

Baca Juga

"Muslim Uighur betul masalah dalam negeri Cina, tapi kita (Indonesia, Red) sebagai sahabat Cina bisa menganjurkan dan meminta supaya (Cina) memperlakukan umat Islam secara baik," kata KH Siddik kepada Republika.co.id, Rabu (19/12).

Ia mengatakan, DDII mengingatkan sesama Muslim ada kewajiban saling memperhatikan dan mempedulikan. Sebab ada ukhuwah islamiyah dan insaniah. Bila Pemerintah Indonesia memberi saran dan meminta Pemerintah Cina untuk memperlakukan Muslim Uighur dengan baik, hal tersebut sebagai bentuk ukhuwah islamiyah dan insaniah.

Ia menegaskan, kebebasan beribadah menurut keyakinan agama masing-masing adalah prinsip dan hak asasi yang universal. Maka Pemerintah Indonesia bisa meminta ke Cina sebagai negara sahabat agar Muslim Uighur tidak mendapat kesulitan saat menjalankan ibadah.

DDII khawatir perlakuan Cina terhadap Muslim Uighur akan memunculkan sikap radikal di tempat-tempat lain. Padahal menguntungkan bagi Cina jika bersikap mengayomi dan menyayangi minoritas Muslim di Cina.

"Tindakan Cina (terhadap etnis Uighur, Red) bisa melahirkan radikalisme, itu tidak menguntungkan Cina, lebih baik Cina baik terhadap penduduk Muslim supaya umat Islam simpati kepada Cina dan hubungannya jadi lebih baik," ujarnya.

Ia menyampaikan, kalau ada orang Uighur yang menjadi sparatis, tidak pernah terdengar beritanya. Logikanya mereka tidak akan mampu menjadi sparatis melawan Cina yang besar. Kalaupun ada orang Uighur yang bersalah, adili yang bersalahnya saja. "Jangan semuanya menjadi sasaran," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement