REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Komunikasi Politik Gun Gun Heryanto menanggapi pidato calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyatakan Indonesia akan punah jika dirinya tidak memenangkan Pilpers 2019. Menurutnya, pernyataan Prabowo itu multimakna.
"Kalimat 'kita jangan kalah' dalam pidato Prabowo itu bisa dimaknai di internal (koalisi) untuk memompa semangat pendukung Prabowo dan sebenarnya itu sah-sah saja untuk internal ya," ujarnya kepada Republika.co.id saat dihubungi, Rabu (19/12).
Lebih lanjut Gun Gun menjelaskan, bagaimana pun, sebagai kubu penantang (challenger) Prabowo membutuhkan permainan retorika yang agitatif (menghasut) untuk membangkitkan semangat juang para pendukungnya agar bekerja dengan luar biasa.
Namun, ia mengatakan, ketika kalimat tersebut masuk ke interpretasi publik secara umum yang tidak hanya pendukung Prabowo, maka makna kalimat itu menjadi polisemi atau multimakna.
"Maksud saya, salah satu makna yang tidak terhindari adalah seberapa jelas indikator pernyataan Pak Prabowo itu ditunjang oleh data-data," imbuhnya.
Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta ini memberi contoh, misalnya dalam pernyataan Prabowo pada pidatonya di Konferensi Nasional Partai Gerindra hari (17/12) lalu, ia menyebutkan 'elite bangsa ini'. Namun, Gun Gun menjelaskan, Prabowo tidak menyebutkan elite mana yang dimaksud.
'Nggak di-mention siapa namanya atau dituju ke siapa. Meskipun orang mungkin mengasosiasikannya dengan pemerintahan rezim Jokowi," jelas Gun Gun.
Kemudian, lanjutnya, dalam pidato tersebut Prabowo tidak berbicara mengenai sistem apa yang akan ia ganti. Apakah sistem ekonomi, demokrasi, hukum, atau yang lainnya.
Gun Gun mengatakan, hal seperti itu merupakan strategi dalam komunikasi yang disebut sebagai equivocal communication. "Equivocal communication semacam dibikin-bikin ngambang (kalimatnya), diplomatis, dan orang dibawa pada imaji atau interpretasi yang bisa liar," paparnya.