Rabu 19 Dec 2018 15:07 WIB

Sepanjang Tahun Ini, 53 Jurnalis Tewas

Afghanistan menjadi negara paling mematikan bagi wartawan.

Rep: Marniati/ Red: Friska Yolanda
Jurnalis perempuan Afghanistan.
Foto: Lars Schmidt/media support
Jurnalis perempuan Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jumlah wartawan yang meninggal pada tahun ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Menurut laporan tahunan Committee to Protect Journalists, pada Desember, 34 wartawan tewas karena menjadi korban pembunuhan. Mereka dibunuh karena pekerjaan yang mereka lakukan. 

Sementara itu  secara keseluruhan  53 orang wartawan telah meninggal dunia selanjang 2018. Organisasi yang berbasis di New York mengatakan pada 2017,  47 wartawan meninggal dunia, 18 di antaranya korban pembunuhan. 

Laporan yang dikeluarkan pada Rabu (18/12) termasuk pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi. Khashoggi tewas  pada 2 Oktober di dalam konsulat Saudi di Istanbul.

Selain nenjadi korban pembunuhan, wartawan juga meninggal saat melakukan  tugas berbahaya. Seperti wilayah konflik.

Negara paling mematikan bagi wartawan pada tahun ini adalah Afghanistan. Sebanyak 13 wartawan tewas di negara itu, beberapa akibat bom bunuh diri yang diklaim oleh kelompok militan ISIS. 

Sementara itu, serangan tunggal paling mematikan terhadap media terjadi di Amerika Serikat pada 28 Juni lalu. Saat itu seorang pria bersenjata di Annapolis, Maryland, melepaskan tembakan di ruang berita Capital Gazette. Pelaku menembak mati empat wartawan dan seorang staf. Sebelum melancarkan aksinya, pelaku sempat mengancam media tersebut karena kalah dalam gugatan pencemaran nama baik.

photo
Majalah Time pada Selasa menetapkan sekelompok wartawan sebagai 'Tokoh Tahun Ini'. Itu pertama kali dalam sejarah Time memberikan penghormatan kepada kalangan profesinya.

Selain itu, Komite mengatakan pemenjaraan jurnalis juga mengalami peningkatan. "Konteks untuk krisis bervariasi dan kompleks, dan terkait erat dengan perubahan teknologi yang telah memungkinkan lebih banyak orang untuk berlatih jurnalisme bahkan  telah membuat jurnalis dibuang ke kelompok politik dan kriminal yang pernah membutuhkan media berita untuk menyebarkan pesan mereka," kata komite dalam laporannya.

Majalah Time pekan lalu memasukan nama jurnalis yang menjadi  korban pemenjaraan dan pembunuhan  sebagai 'Person of The Year'. Ini rermasuk Khashoggi, Maria Ressa yang dipenjara di Filipina, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dipenjara di Myanmar, dan staf di Capital Gazette.

Pembunuhan jurnalis juga terjadi di Slowakia. Seorang reporter investigasi  Jan Kuciak (27) ditembak mati saat menyelidiki dugaan korupsi. Di Malta, Daphne Caruana Galizia, yang juga melakukan penyelidikan korupsi, terbunuh oleh bom yang ditempatkan di mobilnya. 

Menurut laporan itu, setidaknya empat wartawan dibunuh di Meksiko dan dua di Brasil. Sementara itu dua wartawan Palestina ditembak dan dibunuh oleh tentara Israel selama protes di Jalur Gaza

Di Suriah dan Yaman, dua negara yang dilanda perang terburuk di dunia, jumlah jurnalis yang terbunuh mengalami penurunan sejak 2011. Komite mencatat terdapat sembilan kasus kematian. Angka tertinggi terjadi pada 2012 dengan 31 jurnalis meninggal. 

" Namun, penurunan mungkin karena akses terbatas atau risiko ekstrim yang menghambat kunjungan media," kata komite itu.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement