REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi terjadi lebih dari 2.500 kejadian bencana di Indonesia pada 2019. Prediksi itu didasari perhitungan risiko dan pengalaman tahun sebelumnya. Pada tahun ini, jumlah bencana mencapai 2.428 kejadian.
Kepala BNPB Willem Rampangilei menyatakan intensitas La Nina dan El Nino diperkirakan tidak menguat. Sehingga musim penghujan dan kemarau bersifat normal.
Adapun bencana hidrometerologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung bakal tetap mendomisasi bencana tahun depan. "Kami prediksi lebih dari 95 persen adalah bencana hidrometerologi. Penyebabnya ada beberapa faktor," katanya di Kantor BNPB pada Rabu (19/12).
Willem menjelaskan salah satu penyebab bencana hidrometerologi yaitu meluasnya kerusakan daerah aliran sungai (DAS). Kemudian menyusul penyebabnya ialah lahan kritis, laju kerusakan hutan makin tinggi, kerusakan lingkungan, perubahan penggunaan lahan dan tingginya kerentanan.
"Rata-rata laju perubahan lahan pertanian jadi lahan non pertanian adalah 110 ribu hektar per tahun. Sedangkan luas lahan kritis itu 14 juta hektar," ujarnya.
Rinciannya, Sumatra Utara menempati ranking pertama dalam daftar lahan kritis provinsi sebesar 1,3 juta hektar. Menyusul Kalimantan Barat (1 juta hektar), Jawa Barat (911 ribu) dan Kalimantan Tengah (861 ribu).
Di sisi lain, BNPB mendata ada 489 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Terdapat 63,7 juta jiwa yang hidup di titik rawan banjir yang tersebar dari Sabang sampai Merauke itu. "Lalu untuk titik rawan longsor ada di 441 kabupaten/kota," sebutnya.