REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG - Puluhan kapal trawl yang beroperasi di perairan Desa Tanjung Sangkar Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah merusak wisata bahari. Padahal, wisata bahari menjadi andalan pemerintah desa dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di daerah itu.
"Kapal trawl ini beroperasi dua kilometer dari pesisir pantai, sehingga terumbu karang dan wilayah penangkapan ikan, kepiting nelayan tradisional rusak," kata Kepala Desa Tanjung Sangkar Iswandi saat mengikuti aksi damai menolak kapal trawl, compreng dan tambang timah di Pangkalpinang, Rabu (19/12).
Ia mengatakan kapal trawl ini mulai beroperasi pada 2008. Kapal tersebut beroperasi diantara pulau-pulau kecil yang memiliki keindahan alam bawah laut eksotik. Tidak hanya itu, nelayan kepiting tradisional juga tidak bisa lagi berusaha dengan leluasa. Nelayan hanya bisa menangkap kepiting pada Kamis malam karena kapal-kapal trawl tersebut tidak beroperasi.
"Kami sudah beberapa melaporkan hal ini kepada pemerintah kabupaten dan kepolisian, namun hingga saat ini belum ditindaklanjuti sehingga menambah keresahan warga desa," katanya.
Oleh karena itu, diharapkan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung mengambil tindakan tegas menindak kapal-kapal trawl yang telah merusak lingkungan dan kehidupan sosial warga desa.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan saat menerima perwakilan nelayan tradisional Bangka Selatan menegaskan akan menindak tegas kapal-kapal trawl yang merusak lingkungan laut.
"Ini sudah jelas ada aturan yang dilanggar. Oleh karena itu, saya bersama aparat kepolisian menindak kapal trawl ini," katanya.